Jumat, 06 Juni 2014

Jokowi Memang Butuh Pengalaman Saya

Sepekan setelah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri menetapkan dirinya sebagai pendamping bagi calon presiden Joko Widodo alias Jokowi, Muhammad Jusuf Kalla terbang ke Surabaya. Dia berhasil menyingkirkan dua nama lainnya dijagokan menjadi kandidat wakil presiden dari koalisi dipimpin partai banteng, yakni mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad.
Dalam lawatan sepertiga hari ke ibu kota Provinsi Jawa Timur itu, Kalla menyampaikan sambutan di acara silaturahmi alim ulama Partai Kebangkitan Bangsa juga dihadiri ketua umumnya Muhaimin Iskandar. Dari sana perjalanan diteruskan ke Makam Sunan Ampel dan singgah ke sebuah pesantren di Sidoarjo.
Kalla seolah ingin membuktikan dia lebih bisa menggaet suara warga nahdiyin, komunitas tempat Mahfud dilahirkan dan dibesarkan. Kabarnya, pemilih dari kalangan ini mencapai 38 persen dari jumlah seluruh pencoblos.
Kalla mengaku tidak kecewa kembali menjadi calon wakil presiden. Dia sudah sekali mengisi jabatan itu saat mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama 2004-2009. "Yang penting kita memberikan kontribusi kepada bangsa ini," katanya Ahad dua pekan lalu.
Wawancara singkat dengan Kalla ini berlangsung dalam penerbangan sepanjang 1 jam 20 menit. Selain wartawan, dalam rombongan Kalla terdapat tim suksesnya. Mereka menumpang pesawat jenis BAE 146 seri 200 berkapasitas 40 tempat duduk kelas ekonomi dan 12 kursi bisnis.
Di bagian ekor pesawat masih terdapat tulisan JKW, berarti Jusuf Kalla-Wiranto. keduanya berpasangan dalam pemilihan presiden lima tahun lalu. Pesawat ini merupakan bagian dari armada Nusantara Air, maskapai pesawat carteran milik Kalla.

Berikut penjelasan Kalla usai makan siang dengan menu pilihan kwetiau atau lasagna kepada Faisal Assegaf dari merdeka.com.

Kali ini pertarungan terakhir Anda di politik. Apa Anda kecewa cuma bisa menjadi calon wakil presiden?
Oh tidak, saya tidak pernah kecewa karena...dulu lima tahun lalu saya kecewa. Tapi kemudian saya lebih mengetahui peta politik di Indonesia dan juga pilihan-pilihan masyarakat. Saya tidak kecewa karena memang sejak awal memilih posisi itu. Yang penting kita memberikan kontribusi kepada bangsa ini.
 
Kenapa Anda bersedia mendampingi Jokowi?
Karena suatu kepemimpinan itu perlu saling menunjang. Saya mengetahui Pak Jokowi disukai rakyat, berpikir tentang kerakyatan, membangun bangsa ini. Tapi bangsa kita sangat besar penduduknya. Maka perlu ada sinergi antara Jawa dan luar Jawa, antara yang berpikir kerakyatan dan yang mempunyai pengalaman.
Saya sadar itu. Saya bisa menyumbangkan pengalaman dan pikiran-pikiran saya kembali.
 
Keputusan Anda ini juga lantaran Anda ingin bisa berperan lebih besar ketimbang menjadi pendamping Prabowo?
Justru itu, memang itu. Karena dibutuhkan sinergi itu. Antara pikiran kerakyatan dan pengalaman dalam pemerintahan lebih luas.

Tapi ada kekhawatiran akan ada tumpang tindih peran antara Anda dan Jokowi atau istilah matahari kembar?
Saya kira tidak begitu. Pengalaman saya pada 2004 mungkin masyarakat mengetahui saya bekerja cukup baik membantu presiden. Sehingga masyarakat menyukai sampai 80 persen. Saya membantu dia dengan sepenuh hati. Terbukti dengan cara pemerintahan tidak saling membantu seperti sekarang ini kinerja pemerintah menurun kan.

Kalau berkaca dari duet Jokowi dan Ahok di Jakarta, apakah gaya seperti ini juga cocok jika Anda dan Jokowi menang?
Saya katakan tadi memang cara Jokowi dekat dengan rakyat, blusukan dan sebagainya. Mengetahui inspirasi, itu sangat penting. Tapi negeri ini kan butuh kejangkauan yang luas. Kita belum bicarakan itu, belum waktunya. Bagaimana tugas-tugas dilaksanakan. Kita baru bicara bagaimana pasangan ini menang. Kita belum bicara itu (gaya pemerintahan) dulu.

Kapan Anda tahu bakal dipilih sebagai pendamping Jokowi?
Isunya sudah lama tapi ketetapannya itu baru satu hari sebelum dideklarasikan. Saya tidak pernah berhubungan dengan Jokowi dan Ibu Mega langsung.

Anda memang tadinya yakin akan dipilih Megawati untuk menjadi wakil Jokowi?
Saya tidak tahu. Saya tidak pernah berusaha mengajukan diri. Saya berharap posisi profesional. Tentu diminta, bukan pada posisi melamar.    [fas/merdeka]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar