Rabu, 18 Juni 2014

Gagal Serang dengan Surat Palsu, Ganti Serang dengan Transkrip Palsu

Pernyataan yang disampaikan Ketua Progres 98, Faizal Assegaf, tentang transkrip seolah pembicaraan via telepon antara Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Jaksa Agung Basrief Arief dianggap rekayasa politik tanpa nalar.
Terlebih, Faizal Assegaf dkk menskenariokan seakan-akan transkrip tersebut berdasarkan bocoran dari Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto.
"Itu merupakan rekayasa politik tanpa nalar. Baca saja transkripnya, itu dialog yang sangat dibuat-buat. Banyak muncul kata-kata aneh, dan cara menyebut nama yang tidak biasa dilakukan oleh Ibu Megawati," kata Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-JK, Hasto Kristiyanto, di Jakarta, Kamis (19/6/2014).
Hasto menjelaskan, pihaknya sudah membaca transkrip yang dituduhkan Faizal itu. Ada sejumlah kata yang menurut Hasto benar-benar bukan seperti Megawati.
Misalnya , kata-kata 'sampeyan', 'itu anu', memanggil Surya Paloh dengan sebutan 'Pak Surya', sebutan 'Mas Todung' untuk Todung Mulya Lubis. Plus kata-kata yang bernada khawatir 'seperti agenda kita semua'.
Hasto menegaskan itu bukanlah pernyataan yang biasa keluar dari Ibu Megawati. "Itu transkrip karangan yang tidak bermutu. Lebih rendah kelasnya daripada surat palsu," ujarnya.
Lebih jauh, Hasto menekankan sebenarnya akan afdol apabila menyebutkan Faizal Assegaf sekalian menunjukkan nomor telepon dari pihak-pihak yang dituduhkan melakukan percakapan tersebut.
Dia makin heran karena transkrip jadi-jadian tersebut mendapat komentar luas dari para pendukung Prabowo-Hatta seperti Ramadhan Pohan, Kivlan Zein, dan sejumlah pengamat yang diidentifikasi biasa 'membela' Prabowo.
Padahal, KPK dan Kejaksaan Agung dengan tegas telah membantah kebenaran transkrip itu. "Kalau kubu Prabowo sudah panik, jangan tungganggu isu-isu kelas bawang sebagaimana disampaikan Faizal Assegaf tersebut. Lihat dulu trek rekor dia," ungkapnya.
Hasto meminta masyarakat melihat kredibilitas Faizal Assegaf. Hasto menduga Assegaf merupakan aktor di balik penerbitan buletin satu edisi untuk memfitnah Sri Mulyani dan Arifin Panigoro pada tiga tahun yang lalu.
Faizal Assegaf juga dikenal sebagai pengkritik keras ketika Jokowi mengumumkan rekening dana kampanye. Namun, diam seribu bahasa ketika Prabowo-Hatta ikut-ikutan membuka rekening yang bisa menjadi ukuran transparan tidaknya pengelolaan dana kampanye pilpres.
"Jadi dia pasti berada di kubu seberang. Mudah ditebak bahwa serangan transkrip buatan itu bagian dari proyek menjatuhkan citra Jokowi," katanya.
Sebagaimana diketahui, Kejaksaan Agung dan KPK sedang mempertimbangkan untuk membuat laporan hukum ke kepolisian untuk mengadukan perbuatan Faizal Assegaf.
Kepolisian sudah menerima laporan dugaan pelanggaran hukum atas nama Anggota organisasi Tunas Indonesia Raya (Tidar), organisasi sayap Partai Gerindra, Edgar Jonathan. Dia diduga membuat dan menyebarluaskan surat palsu permintaan penundaan penyidikan kasus dugaan korupsi pengadaan Bus Transjakarta di Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2013 ke Kejaksaan Agung. Dalam surat itu disebut-sebut ada tandatangan Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta.  [metrotvnews]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar