Peneliti senior dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti
Zuhro mengemukakan sampai saat ini antusiasme masyarakat Indonesia
kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) relatif masih besar.
Animo masyarakat yang besar tersebut tidak hanya menguntungkan Jokowi
jika menjadi calon presiden (Capres) dari PDIP, tetapi juga akan
mendongkrak animo masyarakat terhadap partai banteng moncong putih
pimpinan Megawati Soekarnoputri.
"Pencapresan Jokowi akan makin meningkatkan perolehan suara PDIP
melalui terpilihnya para calon legislatif (caleg) di pemilihan
legislatif (Pileg) nanti," kata Siti.
Bagi PDIP, kata Siti, tidak mudah menentukan begitu saja figur capres
selain Megawati. Ada beberapa alasan yang bisa menjelaskan. Pertama,
Jokowi belum genap dua tahun memimpin Jakarta.
Pencapresan Jokowi terlalu dini akan mengesankan PDIP sangat pragmatis atau oportunistik dan aji mumpung.
Padahal reputasi atau "achievement" Jokowi di Jakarta belum maksimal.
Kedua, sebagai partai yang lama berada di luar pemerintah/oposisi,
membuat PDIP hati-hati dalam melangkah.
Ini diperlukan untuk menghindari kemungkinan salah hitung dan
"tembakan" dari calon-calon partai lain. Ketiga, PDIP perlu waktu untuk
melakukan konsolidasi di internalnya dan dalam merespons perkembangan
pesat atau dinamika partai agar tak mengancam eksistensi trah Bung
Karno.
Keempat, Megawati dan PDIP ingin menyaksikan dukungan utuh rakyat
terhadap Jokowi sehingga pencapresan Jokowi tak hanya didukung PDIP saja
tapi juga masyarakat luas yang tak tersekat partai dan isu SARA.
Kelima, PDIP ingin Pemilu 2014 merupakan kemenangan utuh bagi dirinya
yaitu menang di pileg dan di pilpres. Kemenangan ganda ini telah
diobsesikan lama, setelah pemilu 1999.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar