Kian dekat dengan Pemilu 2014, nama Joko Widodo (Jokowi) kian seru untuk
diperbincangkan dalam isu pencapresan lintas partai. Jokowi terlalu 'seksi' untuk semua parpol. Namun PDIP
berpikir untuk menjadikan kadernya itu sebagai cawapres saja.
"Ada
beberapa hal jika kita melihat dari data-data survei. Kita melihat
tingkat pengenalan, akseptabilitas, dan elektabilitas, Jokowi paling
tinggi. Akibatnya, hampir semua partai melirik Jokowi sebagai
kandidatnya," kata Direktur Eksekutif lembaga survei Media, Rico Marbun,
kepada detikcom, Selasa (11/2/2014).
Mabuk kepayang
kepada Jokowi yang terlihat dari sejumlah partai saat ini menjadi bukti,
Jokowi memang punya pesona politik yang menjanjikan. Gubernur DKI
Jakarta itu bisa menjadi dongkrak emas bagi capres manapun.
"Entah
jadi capres atau cawapres. Ical juga memasukkan Jokowi dalam "list" cawapres. PPP juga (sama). Artinya, wajar saja,"
nilai Rico.
Kemudian, partai yang menaungi Jokowi sendiri yaitu
PDIP, tidak mau kalah aksi dengan partai lainnya. Jika partai lain saja
sudah berani membidik Jokowi, PDIP juga bisa berbuat dengan kuasa
Megawati Soekarnoputri, entak apa keputusan akhirnya.
"Sekarang partai lain ingin menggaet Jokowi sebagai kandidatnya. PDIP berfikir 'kenapa saya tidak?'," telisik Rico.
Isu
berkembang, PDIP mempertimbangkan Jokowi sebagai cawapres dari capres
Megawati, Sang Ketua Umum Megawati. Menurut Rico, Megawati memang
berperang vital dalam menyatukan segala bentuk 'perkubuan' di internal
PDIP. Kharisma "solidarity maker" seperti itu belum ada
pada diri Jokowi. Namun Jokowi punya nilai unggul yang tak bisa disamai
Megawati, yaitu elektabilitas.
"Sejarah pernah mencatat, PDIP
berjaya pada Pemilu 1999. Kemudian drop di 2004. Lalu drop juga pada
2009. Namun naik habis-habisan di 2014 sampai sekarang. Megawati menjadi
figur yang penting dalam dinamika itu," takar Rico.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar