Mungkin saja PDIP masih melihat peluang duet Mega-Jokowi di Pilpres
2014. Namun peluang menang itu sangat tipis dibandingkan jika PDIP
mengusung Jokowi sebagai capres di 2014.
Lembaga survei Charta
Politica melakukan survei terkait elektabilitas capres saat ini pada
akhir 2013 lalu. Hasilnya Jokowi memuncaki dengan 38,4% suara, sementara
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri hanya 2,8% suara jauh di bawah
Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla, dan Wiranto.
Jumlah
sampel pada survei ini sebesar 1.200 responden dengan margin of error
sebesar 2,83 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Sumber dana hasil
survei ini diakui dari kocek Charta sendiri.
Nah untuk survei
tingkat elektabilitas pasangan capres-cawapres, Charta Politika membuat
simulasi beberapa pasangan. Salah satunya adalah Mega-Jokowi yang
menjadi skenario terkuat di internal PDIP saat ini.
Hasil survei
menunjukkan pasangan ini masih memiliki elektabilitas nomor satu namun
posisinya menghawatirkan. Mega-Jokowi memiliki elektabilitas 23,3%,
Prabowo-Hatta 21,4%, Ical-Mahfud MD 16,3%, Wiranto-HT 7,9%, dan Pramono
Edhie-Dahlan Iskan 3%, pemilih tak tahu/tak jelas 28%.
"Tapi
selisihnya masih masuk margin of error. Jadi Prabowo sangat berpeluang
mengalahkan duet ini," kata peneliti Charta Politika Yunarto Wijaya.
Berdasarkan
hasil survei tersebut elektabilitas Jokowi sangat tinggi sebagai
individu, namun akan menurun ketika dipasangkan dengan satu tokoh.
Apalagi jika dipasangkan dengan Mega, elektabilitas keduanya jadi jauh
lebih kecil dibandingkan Jokowi sebagai individu.
Lalu apakah survei ini jadi pertimbangan PDIP mematangkan duet Mega-Jokowi lantaran masih ada peluang menang?
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar