Jika pada akhirnya Megawati Soekarnoputri mencapreskan Jokowi sebelum
Pileg 9 April 2014, maka keputusan itu murni pertimbangan pribadi Megawati
Soekarnoputri tanpa pengaruh siapapun. Hal itu diungkapkan inisiator PDI
Perjuangan Pro Jokowi (PROJO) Fahmi Alhabsyi .
"Jadi jika ada
yang berpikir bahwa jika Megawati mencapreskan Jokowi sebelum pileg
karena survei-survei, atau karena gerakan PROJO saat ini adalah salah
besar dan keliru. Bahkan seorangpun Puan Maharani pun tidak bisa
mempengaruhi keputusan Megawati. "ujar Fahmi Alhabsyi di Jakarta, Selasa
(11/2/2014) siang.
Fahmi menambahkan Megawati adalah sosok yang sama
persis seperti karakter ayahnya Bung Karno yang menempatkan kepentingan
bangsa, ideologi dan harapan rakyat yang terkandung didalamnya, diatas
kepentingan keluarga atau pribadi.
"Jadi 'pembisik' Megawati
hanya dua yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan harapan rakyat yang terkandung
di dalamnya. Di luar itu 'pembusuk'. Beliau pun bisa melihat &
merasakan vibrasi rakyat ketika Jokowi berada di tengah-tengah
rakyatnya, dan harapan publik agar PDI Perjuangan mengambil jalan yang
"terang " dan "tidak remang-remang" sebelum pileg," ujar aktivis UI 98.
Keputusannnya
bersikap oposisi pada pemerintahan SBY adalah bukti kongkrit bahwa
keinginan almarhum suaminya saja tidak dituruti untuk berkoalisi, karena
beliau melihat dan merasakan harapan rakyat yang begitu besar agar PDI
Perjuangan menjadi penyeimbang pemerintahan SBY, yang jauh diatas
harapan keluarga dan sebagian elit partai saat itu yang ingin 'menikmati
lezatnya' pemerintahan,
Sikap kenegarawanan beliau tidak perlu
diragukan lagi ketika soal kebenaran , keadilan dan prinsip yang harus
diambil demi kepentingan ideologi-kehormatan Bung Karno dan bangsa,
sebagaimana keteladanan gusti kanjeng Nabi Muhammad yang pernah berucap
"jika Fatimah mencuri pun niscaya aku potong tangannya".
Sikap
positif Megawati yang sudah terbangun bertahun-tahun ini diyakini PDI
Perjuangan Pro Jokowi tidak akan dipertaruhkan hanya untuk memenuhi
keinginan dan agenda partai lain yang sangat mengharapkan Jokowi
dicapreskan sebelum pileg, agar kemenangan PDI Perjuangan sejatinya
kemenangan ideologi bung karno bisa dibendung sejak awal, dan juga
agenda untuk dapat memasarkan bersama Jokowi sebagai 'icon' kampanye.
"Publik
tidak melihat bedanya PDI Perjuangan, PPP atau partai apapun toh
sama-sama mencapreskan Jokowi sebelum pileg. Politik itu kan kemampuan
memenangkan presepsi publik , dan tujuan partai poltik kecuali partai
'diakhirat', adalah target memenangkan kursi pileg sebanyak mungkin,"
ujarnya.
"Melihat fenomena partai-partai tengah memasukkan Jokowi
sebagai capres mereka jelang kampanye, maka yang sangat diuntungkan
adalah Jokowi dan partai-partai tengah tersebut. Ironisnya bencana
politik tak terperikan justru menimpa PDI Perjuangan yang selayaknya
'menikmati' anugerah Tuhan jika tidak segera meninggalkan "jalan
abu-abu", karena nasib PDI Perjuangan & Jokowi akhirnya ditentukan
oleh kerja tangan, garis tangan dan campur tangan pada 2014 ini,"
pungkasnya.
Sumber :
republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar