Rabu, 20 November 2013

Diduetkan dengan Jokowi di 2014, Gita Bilang 'Wallahuallam'

Sejumlah politikus Partai Demokrat (PD) kerap kali mengritik Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Namun, hal berbeda justru dilakukan oleh salah seorang peserta Konvensi Partai Demokrat, Gita Wirjawan.
Menteri Perdagangan itu justru menaruh simpati terhadap gaya kepemimpinan Jokowi. Gita mengaku tak mau ikut-ikutan mengritik Jokowi.
"Ini tergantung semangat masing-masing individu. Saya non-partisan. Saya justru mengagumi Jokowi," ujar Gita di Senayan, Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Sementara, soal adanya anggapan bahwa Konvensi Demokrat telah gagal, Gita mengatakan, masih terlalu dini untuk melakukan penilaian. Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini optimis jika Konvensi Demokrat akan melahirkan pemimpin yang diharapkan seluruh rakyat Indonesia.
"Kalau saya percaya konvensi bakal menjadi event yang sukses jika kita kerja keras masing-masing peserta. 11 peserta konvensi ini pesaing yang tanggung," jelasnya.
Gita mengaku tidak masalah jika tidak terpilih menjadi pemenang di Konvensi Demokrat. "Saya bukan capres, hanya peserta konvensi saja. Saya ingin Indonesia lebih gemilang," tutupnya.

Duet Jokowi-Gita
Tidak sedikit kalangan yang berusaha menduetkan Jokowi-Gita atau Gita-Jokowi sebagai pasangan capres dan cawapres 2014 mendatang. Hal ini disikapi Gita dengan sikap positif.
"Terlalu dini kalau saya bilang, wallahuallam. Kita serahkan pada yang di atas (Tuhan)," jelas Gita.
Saya ikhtiar dengan apa pun, hanya di atas. Kehendak Allah, saya sih ikhlas. Sampai titik itu kita harus berupaya semaksimal mungkin, lanjutnya.
Bagi Gita, siapa pun jadi pemimpin bagaimana ke depan kepada rakyat pendidikan dan kesehatan dengan harga terjangkau, kesenjangan menurun, pengangguran menurun, simple kok, terang Gita.
Kedua, bagaimana pemimpin kita ke depan bisa meningkatkan relevansi di dunia internasional. Sebagai bangsa besar, ekonomi terbesar di Asia tenggara. Satu-satunya anggota G20 dari ASEAN, negara kepulauan terbesar di dunia, negara muslim terbesar di dunia. Diversitas yang dahsyat semangat itu harus meningkatkan relevansi Indonesia dalam konstruksi geopolitik ini, pungkasnya.

Sumber :
merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar