Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menjadi sosok fenomenal karena merajai
sebagian besar survei kandidat calon presiden yang diinginkan
masyarakat. Namun, hingga saat ini Jokowi belum menyatakan kesiapannya
maju dalam Pilpres. Jika nantinya Jokowi menyatakan berminat maju, hal
ini diyakini akan menjadi blunder bagi Jokowi.
"Akan jadi blunder itu jika dilihat melalui kacamata pemilih Jakarta
dan kelas menengah melek politik," ujar pengamat politik dari Pol-Track
Institute Arya Budi, saat dihubungi, Kamis (25/7/2013).
Ia
mengatakan, kelas menenang dan pemilih Jakarta akan menilai kinerja
Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta masih belum cukup. Hal ini terlihat
dari persoalan macet, banjir, dan politik perkotaan yang juga belum
selesai.
"Kalau ukuran-ukuran itu selesai sebelum Mei 2014,
Jokowi tidak akan sulit maju sebagai capres. Selain itu, bagi publik
pemilih nasional, Jokowi adalah figur alternatif di luar para patron
partai yang sudah tegas jelas mencalonkn diri," kata Arya Budi.
Terlepas sudah teruji atau belum memimpin Ibu Kota, menurut Arya, ada
satu ganjalan lagi bagi Jokowi untuk maju yakni janji Jokowi untuk
menjabat satu periode penuh jika menang Pilkada DKI Jakarta. Hal
tersebut diyakini akan dimanfaatkan para lawan politik Jokowi untuk
mengandaskan niat Jokowi maju dalam Pilpres.
Tetapi, kata Arya,
publik pemilih saat ini cenderung lupa akan janji Jokowi itu. Publik
lebih cenderung melihat kondisi saat ini.
"Tapi lawan politik pasti akan 'mengingatkan' publik juga," ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Arya, sikap Jokowi yang pasif atas wacana
pencapresannya adalah sikap terbaik. Pernyataan dan sikap pasif Jokowi
dinilainya sebagai strategi Jokowi untuk meningkatkan elektabilitasnya.
Sebelumnya, nama Jokowi selalu menempati peringkat teratas sebagai
kandidat capres pada Pemilu 2014. Survei terakhir yakni Lembaga Survei
Nasional (LSN) menempatkan Jokowi di urutan teratas sebagai kandidat
capres yang dikehendaki rakyat mengungguli capres-capres lain yang sudah
mendeklarasikan diri seperti Prabowo Subianto, Aburizal "Ical" Bakrie,
dan Wiranto.
Berdasarkan survei Soegeng Sarjadi School of
Goverment juga menempatkan Jokowi sebagai tokok paling populer
mengalahkan Prabowo dan Jusuf Kalla.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar