Calo Rusun Marunda
Program lelang jabatan yang digulirkan Gubernur DKI Jakarta Joko
Widodo ternyata memunculkan riak "perlawanan". Salah satunya datang dari
Kelurahan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Lurah Warakas tak
datang saat lelang digelar. Belakangan, warga setempat pun membentangkan
spanduk dukungan untuk Mulyadi "melawan" Jokowi. Namun, beredar kabar
pula bahwa Mulyadi ternyata juga adalah orang yang menyewa Rumah Susun
Marunda untuk disewakan kembali.
"Dia (Mulyadi) memang punya
banyak kontrakan. Di Rusun Marunda juga ada," kata salah satu tetangga
Mulyadi di Koja, Jakarta Utara, yang menolak disebutkan namanya, Kamis
(2/5/2013). Jati Waluyo, Kepala Unit Pengelola Teknis (UPT) Rumah Susun
Wilayah I Dinas Perumahan DKI Jakarta, membenarkan informasi tersebut.
Satu unit rusun yang disewa Mulyadi disewakan kembali kepada orang lain
bernama Tio. Harga sewa yang dia kenakan juga lebih tinggi daripada
harga sewa asli rusun itu.
Unit rusun atas nama Mulyadi berada di
lantai satu, tepatnya di lantai 1.20 Blok Pari, Klaster A Marunda. Harga
sewa per unit Rusun Marunda di lantai satu yang paling mahal seharusnya
adalah Rp 371.000 per bulan. Namun, rusun itu "dikemas" ulang oleh
Mulyadi sehingga menjadi kamar sewaan dengan harga Rp 1,2 juta per
bulan.
Dalam perjanjian sewa dengan UPT Rumah Susun, Mulyadi
menggunakan alamat Jalan Semper Plumpang Nomor 68 RT 13 RW 3, Rawa Badak
Selatan, Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara, yaitu persis dengan alamat
rumah yang ditempatinya sekarang.
Mulyadi diketahui menyewakan
kembali unit rusun itu sejak 2009. Penyewa unit itu rata-rata adalah
mahasiswa yang kuliah di kampus swasta di dekat Kelurahan Warakas.
Menanggapi
informasi ini, Mulyadi membenarkan dia memang menyewa satu unit rusun
itu tetapi membantah telah menyewakannya kembali. "Saya memang punya
rusun, tapi enggak saya sewakan lagi," tepis dia. Selama ini,
Mulyadi diketahui juga punya banyak kontrakan di lingkungan tempat
tinggalnya. Dalam RT 13 saja, dia memiliki tiga rumah dengan empat pintu
kamar, yang masing-masing ditawarkan dengan harga sewa Rp 6,8 juta
sampai Rp 8 juta per tahun.
Juragan Kontrakan
Sosok Mulyadi, Lurah Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, menjadi
semakin menggelitik untuk dikulik, menyusul "perlawanannya" terhadap
program lelang jabatan yang digulirkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
Terlebih lagi, muncul pula dukungan dari warganya yang diwujudkan
dengan pemasangan spanduk bertanda tangan yang mendukung langkah Mulyadi
melawan kebijakan Jokowi soal lelang jabatan itu.
Sayangnya,
Mulyadi sempat susah ditemui setelah perlawanannya mencuat di
pemberitaan media massa. Sulitnya menemui Mulyadi ini membawa Kompas.com
sampai ke kediaman Lurah kelahiran Sukoharjo berusia 53 tahun itu.
Beragam informasi pun bermunculan dari para tetangga, termasuk urusan
rumah.
Rumah Mulyadi terlihat sama dengan rumah-rumah di
sekitarnya. Berpagar warna biru, dia membuka usaha jual pulsa "Fajar 2
cell" di depan rumahnya. Rumah yang temboknya juga berwarna biru
tersebut berlokasi di jalan Raya Semper Plumpang Nomor 68 RT 13 RW 3,
Rawa Badak Selatan, Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Telihat, parkir
sebuah mobil Kijang Innova bernomor polisi B 1676 UOU.
Akan
tetapi, di balik rumah yang hampir sama dengan rumah-rumah sekitarnya,
ternyata Mulyadi merupakan juragan kontrakan di wilayah tersebut. Di
lingkungan RT ini saja, dia diketahui memiliki tiga rumah kontrakan.
Haris
(52), warga Rawa Badak Selatan, mengatakan, Mulyadi memang memiliki
beberapa rumah kontrakan di sekitar tempat tinggalnya. Rumah tersebut
berada di nomor 58 A berpagar merah, 58 B berpagar emas, dan 59 A bercat
tembok warna hijau di RT 13 RW 3, Koja. Sementara itu, rumah yang
ditinggali Mulyadi adalah peninggalan orangtuanya.
Menurut
keterangan warga sekitar, harga sewa rumah di kontrakan nomor 58 A dan B
sebesar Rp 700.000 per bulan. Jika disewa pertahun, maka harga sewanya
sebesar Rp 6,8 juta. Rumah lain yang dia kontrakkan berada di nomor 59
A. Rumah tersebut terdiri dari dua lantai, setiap lantainya disewakan Rp
8 juta per tahun. Informasi tentang satu unit Rusun Marunda, yang
disewa Mulyadi tetapi kemudian disewakan kembali, juga datang dari
tetangganya.
Nama Mulyadi mulai ramai dibicarakan sejak
berkomentar bahwa dia tak setuju dengan program lelang jabatan yang
digulirkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Bahkan, dia memprotes
jabatan Lurah Warakas juga masuk daftar jabatan yang dilelang, padahal
dia merasa masa jabatannya belum selesai.
Komentar Mulyadi masih
berlanjut, dengan menyatakan tidak setuju penggunaan istilah 'lelang
jabatan'. Dia berpendapat kata 'lelang' lebih tepat digunakan untuk
barang bekas. Mulyadi menjabat Lurah Warakas sejak 2010. Sebelum
menduduki jabatan itu, dia adalah wakil lurah selama 5 tahun.
Sumber :
- megapolitan.kompas.com
- merdeka.com
- tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar