Jumat, 03 Mei 2013

Perbedaan Peresmian MRT Jokowi dan MRT Foke

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo akhirnya meresmikan dimulainya pembangunan Mass Rapid Transport (MRT), Kamis (2/5/2013). Peresmian dilakukan secara sederhana di Bundaran HI, Jakarta Pusat. Peresmian ini mungkin bukan yang pertama. Karena setahun lalu pada hari Kamis, 26 April 2012, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo juga telah lebih dulu meresmikan dimulainya pembangunan MRT. Apa bedanya?

Berikut 4 perbedaannya :

Lokasi Peresmian
Peresmian dimulainya pembangunan proyek MRT oleh Gubernur DKI Joko Widodo berlokasi di Bundaran HI, Jakarta Pusat. Proyek MRT tahap I dibangun dari Lebak Bulus-Bundaran HI ini awalnya akan menggusur stadion dan terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan untuk keperluan stasiun MRT. Namun Jokowi mengaku belum berpikir sampai sejauh itu. Ia masih memiliki pertimbangan lain apakah rencana penggusuran stadion dan terminal Lebak Bulus akan dilakukan.
"Belum lah, belum itu," kata Jokowi dalam acara di Bundaran HI Jakarta, Kamis (2/5/2013).
Dikatakan Jokowi, sebelum memutuskan nasib dari stadion dan terminal Lebak Bulus, ia masih menunggu proyek MRT tahap II yang akan dilakukan dari Bundaran HI hingga Kampung Bandan. Sehingga, nantinya hanya akan ada 1 terminal induk yang beroperasi.
"Ini masih dalam proses. Kalau nanti yang di Kampung Bandan bisa, nanti di sana (Lebak Bulus) tidak. Kalau yang bisa memakai yang di Lebak Bulus, berarti Kampung Bandan tidak," katanya.
Lokasi peresmian ini berbeda dengan di era Foke. Foke meresmikan pencanangan pembangunan proyek MRT di Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Kamis (26/4/2012).
"Proyek ini akan menjadi salah satu icon pembangunan, layanan transportasi massal di DKI Jakarta yang modern, nyaman, efisien dan ramah lingkungan," kata Foke saat itu. Peresmian itu juga menandai dimulainya pekerjaan-pekerjaan persiapan seperti:
  •     Pemindahan terminal Lebak Bulus
  •     pemindahan stadion Lebak Bulus
  •     pemindahan ultilitas
  •     pelebaran jalan Fatmawati (jalur layang MRT)
  •     pembangunan kantor proyek MRT
Yang sama, kedua gubernur meresmikan pembangunan proyek MRT pada Kamis sore.

Penanda Simbolis
Peresmian proyek MRT oleh Jokowi dilakukan secara sederhana. Tidak terlihat persiapan formal dan protokol dalam persemian tersebut. Kesederhanaan peresmian itu terlihat dari tanda dimulainya pembangunan. Jokowi menandainya dengan memukul gong.
Di depan microphone, tanpa basa basi, bahkan tidak mengucapkan salam, Jokowi langsung meresmikan proyek ini dan memukul gong tanda proyek ini resmi diluncurkan.
"Setelah ditunggu dan direncanakan selama 24 tahun, dengan seizin Allah SWT pada sore hari ini, saya nyatakan pembangunan MRT Jakarta dimulai," kata Jokowi di Bundaran HI Jakarta, Kamis (2/5/2013).
Sementara Foke, saat itu meresmikan dengan menekan tombol sirine.
"Akhirnya pada hari ini, saya bisa bernafas lega dibanding hari-hari sebelumnya karena proyek ini bukan lagi mimpi karena sudah mulai hari ini kita pencanangan pekerjaan persiapan pembangunan MRT Jakarta. Insya Allah tidak ada kendala yang berarti di kemudian hari karena persiapannya betul-betul sudah matang. Segala sesuatunya betul-betul siap. Barulah setelah itu, Pemprov yakin me-launching-nya secara resmi ke masyarakat," ujar Foke saat itu.
Foke lalu menekan tombol sirine tanda proyek MRT resmi dicanangkan dan mengecek kantor proyek MRT. Foke lalu melihat-lihat maket MRT dan miniatur MRT. Acara ini juga dihadiri perwakilan dari KPK.
Perbedaan peresmian juga nampak dalam pakaian yang dikenakan kedua gubernur. Foke mengenakan setelan jas hitam berdasi dan berkopiah. Sementara Jokowi tetap dengan gayanya yang santai, mengenakan kemeja lengan putih digulung dan bercelana hitam. Tidak ada tenda ataupun panggung khusus dalam peresmian ala Jokowi.
"Kita ngomong simpel saja. Yang paling penting MRT-nya jalan," imbuh Jokowi.

Pendanaan dan konsorsium
Dua konsorsium berhasil lolos dalam proyek MRT. Pertama, konsorsium Shimitsu Kobayashi, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Jaya Konstruksi untuk mengerjakan dua paket bawah tanah (underground) dari Al Azhar sampai Dukuh Atas.
Sedangkan konsorsium kedua, paket bawah tanah (underground) dimenangkan oleh Sumitomo Mitsui dengan PT Hutama Karya (Persero) mengerjakan satu paket dari Dukuh Atas sampai Bundaran HI.
"Ada 3 paket, 2 paket itu joint venture antara Shimitsu Kobayashi, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Jaya Konstruksi dan 1 paket lagi itu joint venture antara Sumitomo Mitsui dengan PT Hutama Karya (Persero)," ungkap Direktur PT MRT Jakarta, Dono Boestami di acara soft launching MRT Tahap 1, di Bundaran HI Jakarta, Kamis (2/5) kemarin.
"Setelah itu mereka melakukan detail engineering design, setelah semua setuju maka mereka akan menagih uang muka ke kami. Setelah itu mobilisasi, dan konstruksi. Kami sudah sepakat dengan pihak JICA, dipercepat semua," tambahnya.
Dono mengatakan untuk total nilai proyek paket 1 dari Lebak Bulus Bundaran sebesar 125 miliar Yen. Sementara itu, 3 paket akan dibangun di bawah tanah dari dari Al Azhar sampai Bundaran HI nilainya Rp 3,6 triliun.
"Untuk yang ini Rp 3,6 triliun, yang pertama 3 di bawah tanah aja," tutupnya.
Pada era kepemimpinan Fauzi Bowo, sempat disebut-sebut ada nama perusahaan nominasi pengerjaan proyek jalur bawah tanah yaitu Obayashi bersama Wijaya Karya (Wika) dan Sumitomo bersama Hutama Karya (HK). MRT Jakarta akan dibangun 2 tahap yakni tahap I untuk rute Lebak Bulus-Bundaran HI, dan tahap II untuk rute Bundaran HI-Kampung Bandan.
Pendanaan proyek MRT telah mendapat jaminan dari kreditor JAPAN International Cooperation Agency (JICA).
"Jadi selain didanai oleh APBN dan APBD, JICA juga telah memberikan komitmen untuk mengucurkan dana sampai pembangunan proyek MRT tahap I selesai," kata Foke.
Berdasarkan rilis yang diperoleh dari Humas Pemprov DKI Jakarta, diperkirakan proyek ini membutuhkan dana sekitar 144 miliar Yen atau Rp 16 triliun. Sekitar 83,3 persen dibiayai pinjaman JICA dan sisanya 120 miliar Yen akan menggunakan APBD DKI Jakarta dan APBN.

Target operasional MRT
Foke telah menginstruksikan kepada PT MRT Jakarta untuk tetap mempertahankan akhir tahun 2016 sebagai target beroperasinya MRT Jakarta.
"Saya meminta kepada PT MRT Jakarta agar membagi pekerjaan dalam beberapa paket sehingga target tersebut dapat tercapai," kata Foke waktu itu.
Di era Gubernur Jokowi, MRT ditargetkan selesai tahun 2017. Jokowi menggadang-gadang semenjak pelantikan direksi PT MRT Jakarta yang baru beberapa pekan lalu, argo penyelesaian proyek ini mulai berjalan.
"Besok pagi atau bulan depan mau mulai silakan. Tapi pada tahun 2017 harus sudah selesai," kata Jokowi kemarin.

Sumber :
news.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar