Program Kartu Jakarta Sehat (KJS) dinilai Joko Widodo amat membantu
warga yang kurang mampu. Jika tidak ada, ratusan ribu orang menahan
sakit di rumah.
Menurut Gubernur DKI Jakarta itu, jika tidak ada
KJS, warga enggan ke rumah sakit karena alasan biaya. Selain itu, ada
pemikiran warga yang masih takut untuk tidak mendapatkan fasilitas
pengobatan gratis dan birokrasi yang sulit untuk mengurus Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Miskin (JPK-Gakin).
"Bayangkan kalau tidak diluncurkan, ada 510.000 orang sakit yang berdiam di rumah," kata Jokowi di Jakarta, Kamis (16/5/2013).
Meskipun
demikian, pada saat peluncuran, tidak sedikit kasus rumah sakit yang
menolak pasien KJS karena keterbatasan ruang kelas III. Oleh karena itu,
saat blusukan ke beberapa rumah sakit, ia memerintahkan untuk
mengganti ruang kelas II dengan ruang kelas III. Hal itu diupayakan agar
warga yang membutuhkan dapat terlayani dengan baik.
Namun,
seiring sistem yang semakin baik dan pihak rumah sakit yang lebih siap
menjalankan program tersebut, pasien KJS pun semakin berkurang. "Jadi,
sekarang pilih mana, tahan KJS sambil menunggu perbaikan fasilitas atau
meluncurkan KJS dan perbaiki fasilitas? Saya pilih meluncurkan KJS
sembari perbaiki fasilitas dan memperbanyak kelas III," kata Jokowi.
Saat
ini, baru ada sekitar 3.000 warga pemegang KJS. Sementara warga yang
berhak mendapatkan layanan kesehatan tersebut sebanyak 4,7 juta warga.
Warga yang belum memegang kartu bisa menggunakan KTP dan KK untuk
berobat. Dengan catatan berobat ke puskesmas. Jika tidak bisa ditangani,
baru akan dirujuk ke rumah sakit umum daerah.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar