Gangguan politisi terhadap birokrasi kerap terjadi di semua daerah,
termasuk DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pun sering
mendapat gangguan tersebut.
"Pengaruh politisi terhadap pemerintah
birokrasi sangat kuat sekali, kalau sistemnya tidak memungkinkan
mengganggu ya tidak akan ganggu," kata Jokowi dalam seminar di Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di Gedung BPKP, Pramuka,
Jakarta Timur, Kamis (16/5/2013).
Ia menjelaskan, kalau dalam
menjalankan pemerintahan, ia memiliki kepentingan politis, maka Jokowi
tidak akan menjalankan program seleksi jabatan terbuka atau lelang
jabatan untuk lurah dan camat. Karena sebelumnya ia telah diberikan
amanat untuk memberikan posisi prestisius kepada seseorang yang
'dititipkan' politisi.
"Ini Lurah A dukung partai saya, terus saya jadikan lurah. Memang yang terjadi seperti itu hampir di semua daerah," kata Jokowi.
Menurut
mantan Wali Kota Surakarta itu, hal politis tersebut dapat dihilangkan
dengan kebijakan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi mengeluarkan kebijakan seleksi terbuka camat dan lurah
sehingga pengaruh politik bisa dihilangkan. Kalau masih ada yang masih ngeyel, Jokowi punya cara jitu dengan membuka persoalan itu di masyarakat dan media massa.
"Buka di masyarakat dan media, yang mau mengganggu, nanti hilang sendiri-sendiri," tegasnya.
Walaupun
ada beberapa pihak yang menentang program seleksi jabatan terbuka,
Jokowi akan tetap menjalankan program tersebut. Karena hal tersebut
sebagai salah satu upayanya untuk menciptakan Jakarta Baru dan
menciptakan birokrasi yang bersih dan transparan.
Jokowi
memimpikan lurah dan camat yang memiliki kompetensi manajerial dan mau
melayani masyarakat. Oleh karena itu, ia mengharapkan, pada Juni 2013
mendatang, proses seleksi jabatan terbuka sudah selesai dan Jakarta
memiliki camat dan lurah yang sesuai harapan masyarakat.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar