PDI Perjuangan optimistis pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK) bisa menuntaskan
seluruh kasus HAM yang hingga kini belum terselesaikan. Terutama kasus
almarhum Munir yang mendapat sorotan dari Amerika Serikat.
"Kita optimis. Makanya kami juga memberikan rekomendasi dari poksi 3
istilahnya kalau di PDIP kepada Pak Jokowi supaya segera membentuk
pengadilan HAM adhoc karena muaranya semua di situ dulu," kata
Ketua DPP PDI Perjuangan, Trimedya Panjaitan, di Gedung DPR, Senayan,
Jakarta, Senin (8/9/2014).
Dari pengadilan HAM tersebut, Trimedya berharap tak cuma menyelidiki
kematian Munir saja, melainkan juga menuntaskan kasus HAM lainnya
seperti tragedi 1998 di Trisakti, dan kasus lainnya.
"Dengan komitmen beliau (Jokowi) kan katanya kawan-kawan dari Rumah
Transisi juga ketemu dengan kawan-kawan dari Kontras, imparsial, LBH.
Kan itu masukan-masukan yang bakal kami bahas," terangnya.
Seperti kasus HAM kampus Trisakti, Trimedya menyatakan, DPR RI telah
membentuk pansus untuk menyelesaikan kasus tersebut. "Enggak perlu lagi
nanya kiri kanan, Pak Jokowi berdasarkan rekomendasi pansus DPR ini goal lah pengadilan adhoc. Nah dari situlah jadi enggak usah berdebat terus sama komnas HAM," lanjutnya.
Namun, dari Jokowi sendiri justru belum menjelaskan secara rinci
langkah-langkah yang akan diambil untuk menyelesaikan kasus pelanggaran
HAM. "Yang belum tuntas apanya? Apanya belum tuntas, apanya?" kata dia
berkali-kali saat ditemui di Balai Kota.
Mengenai langkah konkret tersebut, Jokowi tak mau buka suara, "Ya, belum
jelas diperjelas. Ya nanti, belum dilantik kok disampaikan," tuntasnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry turut
memperingati 10 tahun tewasnya Munir Said Thalib, aktivis hak asasi
manusia (HAM), akibat diracun saat dalam penerbangan ke Belanda.
Dalam suratnya, Kerry membuka dengan menyapa rakyat Indonesia yang
menyayangi Munir. "Ia dikenal dengan nama yang sederhana, Munir. Munir
mengabdikan hidupnya untuk membuat Tanah Airnya lebih demokratis, lebih
bebas, dan lebih manusiawi atau bermartabat. Sepuluh tahun lalu, hari
ini, seseorang telah membunuhnya karena takut bahwa dia, sang pembela
HAM, mungkin akan berhasil meraih cita-cita besarnya," kata Kerry.
"Sayang, sampai hari ini, keadilan belum juga menemukan jalan bagi
Munir. Penyelidikan menyeluruh terhadap para pihak yang diduga terlibat
dalam kasus pembunuhannya masih belum jelas. Pada 2004, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menyatakan penuntasan kasus Munir akan menjadi sebuah
ujian bagi demokrasi Indonesia. Suatu pernyataan yang masih berlaku
sampai saat ini. Kami mendukung semua upaya, dari segala pihak, untuk
menyeret siapa pun pihak yang terlibat, termasuk sang pemberi perintah
pembunuhan Munir,” lanjutnya. [okezone]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar