Partai-partai politik pendukung bekas pasangan calon presiden dan wakil
presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa bakal mengepung pemerintah Joko
Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK). Mereka berupaya menguasai posisi krusial di DPR dan
mendominasi suara mayoritas DPRD. “Kami akan sapu bersih,” kata Bambang
Soesatyo, anggota Fraksi Golkar, di Kompleks Parlemen, Senayan,
Jakarta, Jumat, 6 September 2014. “Kami satu suara.”
Mereka
sudah berbagi kursi di DPR dan MPR. Golkar mengklaim sudah diplot
menduduki kursi Ketua DPR. "Pastinya Golkar akan menjadi Ketua DPR,"
kata juru bicara koalisi sekaligus Wakil Sekretaris Jenderal Golkar,
Tantowi Yahya. Ketua MPR akan ditunjuk dari Partai Demokrat. Paket
wakilnya diambil dari Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, Partai
Keadilan Sejahtera, dan Partai Persatuan Pembangunan.
Sesuai
dengan tata tertib dan Undang-Undang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3),
pimpinan dan alat kelengkapan DPR dan DPRD dipilih melalui sistem paket.
Nama lima calon diusung oleh fraksi-fraksi yang berbeda dan dipilih
melalui voting. PDI Perjuangan masih berharap pada hasil uji
materi yang mereka ajukan ke Mahkamah Konstitusi. Mereka ingin penentuan
pimpinan DPR kembali ke aturan lama, yakni dijabat oleh peraih suara
terbanyak dalam pemilu legislatif.
Secara hitungan matematis,
kursi koalisi PDI Perjuangan tak melampaui kubu Gerindra. PDI
Perjuangan, yang ditopang tiga partai lain--Partai Kebangkitan Bangsa,
Partai Hanura, dan Partai NasDem--total memiliki 207 dari 560 kursi DPR.
Mereka perlu satu partai lagi untuk memenuhi syarat paket lima orang
pimpinan DPR. Demokrat memiliki 61 kursi netral. Sisa kursi lain diisi
koalisi pro-Prabowo.
Koalisi
pro-Prabowo tidak hanya berupaya mendominasi DPR, tapi juga posisi
krusial DPRD. Dari hasil pemilu lalu, koalisi ini menguasai kursi DPRD
31 provinsi. Padahal pemilihan kepala daerah dirancang melalui mekanisme
DPRD, bukan oleh rakyat secara langsung. Aturan ini masih dibahas di
DPR. Jika lolos, di atas kertas, koalisi Prabowo-Hatta bakal mengisi
posisi kepala-kepala daerah.
Fraksi PDI Perjuangan menganggap
manuver kubu Prabowo tak akan membuahkan hasil. Wakil Sekretaris
Jenderal PDI Perjuangan, Eriko Sotarduga, optimistis pendukung
Jokowi-Kalla di DPR melampaui separuh kursi DPR. "Di parlemen sekarang
kami masih 34 persen,” katanya kepada Tempo dalam acara temu fraksi di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, kemarin. “Pasti nanti ada peningkatan."
Eriko
mengklaim sejumlah partai telah membuat kesepakatan baru dengan PDI
Perjuangan yang akan diumumkan bertepatan dengan pembacaan putusan uji
materi Undang-Undang MD3. "Secara etika kan sudah, mereka menyadari ada
kepentingan yang sama dalam membangun bangsa."
Presiden
terpilih Jokowi tak khawatir koalisi pro-Prabowo menjadi mayoritas
di DPR. Jokowi tak menyiapkan strategi khusus karena koalisi adalah
urusan partai dan tak menjamin programnya berjalan mulus. "Prinsipnya,
saya terbuka saja. Kalau ada yang mau gabung, ya, silakan," katanya.
Wakil
presiden terpilih Jusuf Kalla justru tak melihat hambatan terhadap
pemerintah muncul dari DPR. Lembaga legislatif diyakini menjalankan
fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan secara proporsional. “Kalau
fungsi itu dijalankan secara baik, tak ada upaya menjegal,” katanya di
Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta, Rabu pekan lalu.
Tragedi ini diakui atau tidak bermula dari "kesombongan" Jokowi dalam
mengajak partai lain berkoalisi, mulai dari "pengin" koalisi ramping
sampai dengan "syarat menteri" yang diucapkan Jokowi sendiri. Jokowi
terus mengandalkan relawan yang dianggapnya "tanpa pamprih" yang
ternyata setelah kemenangan Jokowi banyak relawan minta balas budi
(tentu saja tidak semua), ada yang ingin jadi menteri, ada yang ingin
jadi staf ahli bahkan ada yang ingin ngurus catering istana. Mungkin
disinilah yang tidak disadari oleh Jokowi bahwa sesungguhnya antara
relawan dan parpol adalah sama. Mereka adalah manusia biasa yang masih
butuh imbalan jasa. Memang menurut hukum, tak ada yang salah dari sikap Jokowi, tetapi apakah Jokowi sadar bahwa tidakkannya telah menghabisi porsi kursi di DPR RI bagi parpol pendukungnya? [tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar