Mayoritas fraksi di DPR menyetujui opsi pelaksanaan Pilkada melalui DPRD
dalam rapat Panja RUU Pilkada. Presiden terpilih, Joko Widodo
mengkritisi usulan tersebut sebagai kemunduran dan memotong kedaulatan
rakyat.
"Itu kemunduran dan memotong kedaulatan rakyat," kata
Jokowi saat ditanya mengenai RUU Pilkada di Balai Kota, Jalan Medan
Merdeka Selatan, Jakpus, Senin (8/9/2014).
Ia menilai, kalau yang dikritisi pelaksanaan Pilkada, maka seharusnya diperbaiki. Bukan diubah sistem Pilkadanya.
"Kalau dibilang anggarannya terlalu besar, ya digabung saja pelaksanaannya. Pelaksanaan lapangannya yang diperbaiki," ujarnya.
Ia
tak akan ikut campur dengan pro-kontra yang sedang terjadi di DPR. Jika
pun RUU ini disahkan dan pelaksanaan Pilkada melalui DPRD bukan
ancaman untuk pemerintahannya.
"Ancaman apa? Bukan ancaman," ujarnya sambil menggelengkan kepala.
PDIP Tetap Optimis
Dalam politik legislasi DPR, rivalitas antara koalisi merah putih yang
menang jumlah dengan koalisi Jokowi-JK telah kentara bak pertandingan
sepak bola. Kini, koalisi pendukung Jokowi-JK sedang berjuang di Panja
RUU Pilkada untuk memastikan Pilkada langsung tidak berubah menjadi
Pilkada tak langsung. Koalisi Jokowi-JK berpotensi dikalahkan 4-0 oleh
kubu Koalisi Merah Putih.
"PDIP sudah 4-0, bos!" kata Sekretaris Fraksi PDIP Bambang Wuryanto di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (8/9/2014).
Bambang
menjelaskan, ada tiga RUU yang menunjukkan kekalahan kubu Jokowi-JK,
yakni golnya UU MD3, potensi golnya aspirasi koalisi merah putih dalam
Pansus Tata Tertib, dan potensi di Pansus Pilpres. Potensi gol yang ke
empat adalah bayangan kekalahan di Panja RUU Pilkada.
Langkah
lobi-lobi untuk memperbesar kuantitas kubu yang seaspirasi dengan kubu
Jokowi-JK dinilai Bambang juga mentok. Ini karena perbedaan tajam yang
terjadi pasca Pilpres 2014.
"Tentu ada lobi-lobi, tapi nyatanya
sampai hari ini lobi-lobi itu mentok. Sebagain besar masuk ke urusan
Kepala Daerah dipilih anggota dewan provinsi maupun kabupaten," tutur
Bambang.
PDIP tak risau apabila akhirnya nanti ditinggal
mayoritas kubu politik. Ini karena PDIP sudah terbiasa 'sendirian'
dalam memperjuangkan pandangannya sejak dahulu, termasuk pengalaman
menjadi oposisi pemerintahan.
"Bukan pasrah, kita akan
memberikan argumentasi. Kalah terus, kita siap lah. PDIP tidak hanya
hari ini sendirian, dari dulu sendirian kok. Tapi bukan berarti kita
ingin sendirian, kita juga ingin bersama-sama dalam kehangatan kan
baik," kata Bambang.
Optimisme PDIP kini berada di anggota
koalisi merah putih, yakni dari partai yang berpotensi mendukung
pemerintahan di kemudian hari. Bambang menyebut Partai Golkar, PPP, dan
Partai Demokrat bakal mendukung pemerintahan dalam satu setengah tahun
ke depan.
"Kalau ada perubahan ke depan, saat Golkar sudah Munas,
PPP sudah Muktamar, dan lain sebagainya, Lama-lama kita juga akan bisa
merasakan. Kita mengharapkan Golkar, PPP, Demokrat bekerja bersama-sama
tidak harus dari dalam pemerintahan. Di luar pemerintahan boleh, tetapi
tidak perlu anarki dong. Dendam nggak akan bertahan lama, sakit hati
nggak akan bertahan lama. Satu setengah tahun lah, mereka akan berubah,"
tutur Bambang. [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar