Penasihat Tim Transisi Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK) berharap sebelum memerintah, Jokowi-JK berterus terang kepada rakyat
soal keadaan negara sesungguhnya. "Jangan ada yang ditutup-tutupi," kata
Hasyim di Padepokan Arum Sabil, Jember, Jawa Timur, Senin malam (8/9/2014).
Misalnya, Jokowi harus menjelaskan anggaran
pendapatan belanja negara, utang negara dan cicilannya, kondisi PT
Pertamina, persoalan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, atau
masalah pendidikan. Dengan begitu, rakyat tahu pemerintahan ini memulai
kerjanya dari titik mana.
"Sehingga
jika ada perbaikan atau terpaksa mengambil satu risiko, tidak
serta-merta disalahkan," kata Hasyim. Ia membandingkan dengan kondisi
saat ini. "Rakyat tidak tahu sebetulnya subsidi berapa, bahayanya untuk
negara jika banyak subsidi, kenapa Pertamina rugi terus, apa kita itu
punya minyak, tapi kok ngimpor. Buka semua apa adanya."
Jika
Jokowi bersikap terbuka, kata Hasyim, pemerintahannya memperoleh dua
keuntungan. Pertama, rakyat bisa melihat titik mana pemerintahan ini
bekerja. Kedua, tidak ada permainan politik yang merekayasa keadaan.
"Ini bisa terjadi antara eksekutif dan legislatif. Eksekutif dikontrol
legislatif. Kalau eksekutif main-main, itu rakyat tahu," kata Hasyim.
Jika
nanti sampai muncul wacana memakzulkan presiden, kata Hasyim, rakyat
bisa melihat pihak mana yang benar, eksekutif atau legislatif. "Apa DPR
hanya mainkan hak-haknya saja? Sikap rakyat itu baru mungkin terjadi
kalau rakyat diberitahu. Mungkin agak lama, tapi tidak apa-apa," kata
dia.
Hasyim mengatakan jika sekali menerangkan di televisi
mungkin Jokowi menghabiskan waktu satu jam. "Besoknya dapat poin,"
katanya. Dengan memberitahukan keadaan bangsa secara luas kepada rakyat,
hal itu bisa membuka mata rakyat. "Ternyata negara kita itu posisinya
di sini. Saya secara pribadi mengharapkan begitu pada awal pemerintahan
berjalan," ujarnya. [tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar