Wasekjen Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mahfudz Siddiq, menilai
tindakan Tim Transisi presiden terpilih, Joko Widodo-Jusuf Kalla
(Jokowi-JK) yang bergerilya ke sejumlah lembaga negara tanpa
berkoordinasi terlebih dulu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) merupakan hal yang tidak etis.
Sebab, transisi pemerintahan tidak boleh dijalankan semaunya, mengingat
SBY hingga Oktober mendatang masih bertindak sebagai Presiden.
"Soal transisi pemerintahan itu suatu keharusan, kebijakan atau
kesinambungan itu bisa terjaga. Tetapi tidak boleh transisi ini
dijalankan semau-maunya karena sampai dilantiknya presiden yang baru
dengan kabinetnya nanti, kabinet yang sekarang yang sah dan punya
kewenangan penuh dalam kebijakan pembangunan," katanya di Gedung DPR,
Senayan, Jakarta, Senin (8/9/2014).
Mahfudz menegaskan, apa yang dilakukan Jokowi dengan Tim Transisinya itu
mencerminkan Jokowi yang tidak memahami politik Jawa. Semestinya, dalam
transisi itu presiden terpilih harusnya menjalin komunikasi dengan
presiden yang masih berkuasa dalam hal ini, SBY.
"Terkait komunikasi transisi Jokowi saya menilai Jokowi sebagai orang
Jawa tidak memahami budaya politik Jawa. Menurut saya komunikasi itu
dilakukan antara presiden terpilih dengan presiden yang masih berkuasa,
istilahnya sowan, menyerap masukan, mendiskusikan apa yang menurut
presiden sekarang dilakukan, dan bukan untuk datang mendiktekan untuk
dilaksanakan," tuturnya.
Seperti diketahui, SBY sempat mengingatkan agar presiden terpilih,
Jokowi tidak bergerilya ke lembaga negara dan meminta menghormati
pemerintahan yang masih dijabatnya. Ia pun meminta jika ingin melakukan
komunikasi dengan para menterinya harus lebih dulu meminta izin melalui
surat resmi. [okezone]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar