Pengawalan presiden dan wakil presiden terpilih, Joko Widodo (Jokowi)
dan Jusuf Kalla (JK) sejak Jumat siang kemarin (22/08/2014) secara resmi
diserahkan dari satuan tugas (Satgas) Polri ke Satgas Pasukan
pengamanan presiden (Paspampres) di Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Keputusan itu sangat tepat.
Selain sesuai dgn Keppres no 31
tahun 2004 tentang Pengamanan dan Pengawalan Calon Presiden dan Wakil
Presiden dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, juga karena
selama ini Paspampres profesional sekali dalam melakukan pengamanan VVIP
dan kemampuannya diakui banyak negara termasuk negara-negara maju.
"Keputusan
mengalihkan tugas pengamanan terhadap Pak Jokowi dan Pak JK dari Polri
ke Paspampres sangat tepat. Itu sesuai dengan Keppres," ujar pengamat
kepolisian dan militer Aqua Dwipayanana pada Minggu (23/8/2014) saat
diminta tanggapannya mengenai hal tersebut.
Pada Keppres
tersebut, lanjut Aqua, di Pasal 4 tertulis Pengamanan dan pengawalan
Presiden dan Wakil Presiden Terpilih dilaksanakan oleh Paspampres
terhitung sejak menetapkan secara resmi pasangan Presiden dan Wakil
Presiden.
Sedangkan di Pasal 5 ditulis Pengamanan dan pengawalan
calon Presiden dan calon Wakil Presiden dilaksanakan pada (1) Kediaman
calon Presiden dan calon Wakil Presiden. (2) Perjalanan dan rute calon
Presiden dan calon Wakil Presiden. (3) Tempat-tempat kegiatan lainnya
yang berhubungan dengan kegiatan calon.
Dengan keputusan Mahkamah
Konstitusi pada Kamis (21/8/2014) yang menolak seluruh permohonan
pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, berarti pasangan Jokowi-Jk resmi
menjadi presiden dan wakil presiden periode 2014-2019. Sehingga
keduanya langsung mendapat fasilitas pengamanan dari Paspampres.
"Selama
ini di Indonesia yang paling profesional dan sangat terlatih
mengamankan para VVIP termasuk presiden dan wakil presiden adalah
Paspampres. Begitu hebatnya kemampuan Paspampres sehingga negara-negara
maju di dunia mengakui dan bahkan ada beberapa negara termasuk China
yang mengirimkan delegasinya khusus ke Indonesia untuk belajar
mengamankan tamu VVIP ke Paspampres," ungkap Aqua yang sejak lama
menjadi dosen Komunikasi di lingkungan TNI-Polri.
Menurut pengamatan Aqua selama ini para anggota Paspampres adalah
orang-orang terbaik dari berbagai kesatuan di TNI (Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara). Mereka berasal dari Sabang sampai
Merauke. Sehingga nuansa Bhinneka Tunggal Ikanya sangat terasa.
Selain
postur tubuhnya yang tinggi dan tegap agar bisa mengawal VVIP, kepada
mereka selalu ditekankan pentingnya melaksanakan etika komunikasi dengan
ramah, santun, dan sopan pada siapa pun juga. Namun tetap bersikap
siaga, waspada, mawas diri, dan tegas.
Aqua menambahkan, dengan
lebih awal melakukan pengawalan terhadap presiden dan wakil presiden
akan memudahkan proses adaptasi bagi Jokowi-JK. Sebelum dilantik pada 20
Oktober 2014 mendatang mereka berdua sudah lebih dulu berinteraksi
dengan jajaran Paspampres yang selama 24 jam sejak kemarin hingga 2019
selalu dengan setia mendampingi mereka.
Bagi Jokowi, kata Aqua,
didampingi Paspampres untuk mengamankan dirinya mungkin agak canggung
karena itu baru pertama kali dilaksanakan. Sedangkan bagi JK sudah biasa
karena sejak dilantik jadi wakil presiden pada 20 Oktober 2004 sampai
sekarang ke mana pun dia pergi selalu bersama anggota Paspampres.
Mengenai
keinginan Jokowi untuk mengurangi jumlah personel Paspamres yang
mengawal dirinya menurut Aqua hal tersebut pasti bisa dibicarakan dengan
Komandan Paspampres Mayjen TNI Doni Monardo. Terpenting standar
operasional pengamanan presiden terpilih dalam menjalankan tugasnya ke
depan tetap terjaga dengan baik.
Selama ini Jokowi dikenal sangat
dekat dengan rakyat. Di mana pun dia berada, selalu berinteraksi akrab
dengan masyarakat. Kebiasaannya itu tentu harus dipahami oleh Paspamres
yang mengawalnya. Sehingga pengamanannya dilakukan secara fleksibel.
"Melihat
profesionalisme Paspampres selama ini dalam bertugas saya yakin
keinginan Pak Jokowi tersebut dapat diakomodir dengan baik. Saya telah
beberapa kali melihat sendiri fleksibelitas Paspampres saat mengamankan
Presiden SBY & Ibu Ani Yudhoyono. Terakhir ketika meresmikan Menara
Bendera dan Patung di Bukit Merah Putih Kawasan Indonesia Peace and
Security Center Sentul, Bogor, pada Selasa sore (19/8/2014)," ujar Aqua.
Waktu
itu lanjut kandidat doktor Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjajaran Bandung ini, SBY berbaur secara dekat dan akrab
dengan belasan ribu masyarakat yang hadir termasuk tentara dari berbagai
negara. Bahkan ada yang mengajak SBY foto selfie dan tanpa canggung SBY
menyalami peserta lomba panjat pinang. Semuanya dilakukan SBY dengan
gembira dan tanpa beban. Sementara anggota Paspampres tetap dengan sopan
dan ramah mengawasinya dari dekat.
Aqua justru memiliki catatan tentang perilaku seorang pengawal Jokowi
dari Satgas Polri yang dinilainya over acting dan sikapnya berlebihan.
Kejadiannya Jumat sore kemarin seusai Jokowi bersama puluhan wartawan
makan di resto Hanamasa, Menteng Huis, Menteng Jakarta.
Waktu itu
ketika Jokowi menuju mobilnya ada seorang pengawalnya yang menyikut
beberapa pengunjung termasuk Aqua sendiri terkena sikutannya. Padahal
seorang pengawal presiden harus bersikap humanis namun tetap tegas.
Jangankan menyikut, mendorong orang lain yang posisinya dekat dengan
orang yang dikawalnya, agar diupayakan semaksimal mungkin tidak
dilakukan.
Teguran dapat dilakukan dengan ramah dan sopan.
Sehingga tidak menimbulkan antipati terhadap pengawal yang bersikap
tidak ramah tersebut.
"Selama ini saat mengikuti berbagai
kegiatan Presiden SBY baik di dalam maupun di luar negeri, saya sekali
pun tidak pernah melihat perilaku anggota Paspampres yang seperti itu.
Mereka sangat beretika, santun, dan ramah pada semua orang. Namun tetap
bersikap waspada dan mawas diri terutama mengawasi kondisi di sekitar
obyek VVIP yang dikawalnya," ujar Aqua menutup komentarnya. [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar