Minggu, 13 April 2014

Pembuktian Kedigdayaan Jokowi vs Prabowo

Rivalitas antara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan Partai Gerindra dalam Pemilu 2014 ini cukup santer. Sama-sama menjadi partai politik yang mengajukan bakal calon presiden (capres), persaingan pun kian sengit.
Bisa jadi pemilu presiden (pilpres) yang tinggal hitungan hari, menjadi pembuktian antara keduanya, siapa partai yang pantas berkuasa. Apakah PDIP dengan fenomena Jokowi-nya ataukah Gerindra bersama Prabowo Subianto?
Berkutat dari hasil hitung cepat atau quick count (QC) yang dilakukan beberapa lembaga, menempatkan PDIP di urutan pertama, berhasil mengumpulkan 19,23% suara pemilih. Hasil ini jauh dari target PDIP, sebesar 27% suara.
Dari hasil survei elektabilitas yang dilakukan lembaga survei, sosok Jokowi selalu berada di urutan pertama. Hasil 'menggembirakan' ini yang kerap diprediksi PDIP mampu meraup hasil maksimal dalam pileg dan memenuhi target 27% suara.
Jika dibandingkan 2009, perolehan suara PDIP naik 35%. Dimana pada Pemilu 2009, perolehan suara PDIP mencapai 14% suara.
Sementara tanpa diduga perolehan suara Gerindra mencapai hampir 12% suara. Artinya, perolehan suara Gerindra dalam Pileg 2014 ini naik hingga 170% bila dibandingkan dengan hasil Pemilu 2009, yang hanya memperoleh 4,4%.
"Artinya "Prabowo Effect" lebih berpengaruh dibanding "Jokowi Effect"," kata Direktur Eksekutif Survey & Polling Indonesia (SPIN), Igor.
Rivalitas dua partai yang sukses mengantar Jokowi-Ahok melenggang di DKI 1 dalam Pemilukada DKI 2012 tak sebatas pada hasil perolehan suara. Mulai dari masalah perjanjian Batu Tulis, munculnya kata "Capres Boneka" atau saling serang pantun yang dilakukan elite dari kedua partai.
Sementara itu, pakar komunikasi politik dari FISIP Universitas Airlangga Henry Subiakto mengatakan, Prabowo satu-satunya tokoh yang mampu menyaingi popularitas dan elektabilitas Jokowi.
"Satu-satunya capres yang mampu menjadi rivalitas kuat Jokowi adalah Prabowo Subianto yang dalam sejumlah survei berada di posisi kedua," kata Henry.
Ia pun menilai sebagai partai yang meraih banyak suara dalam pileg, PDIP lebih banyak diuntungkan. PDIP dan Jokowi banyak dilirik partai lain, termasuk Golkar. Begitu juga bakal capres-cawapres lainnya lebih memilih Jokowi ketimbang Prabowo.
Sampai saat ini, Jokowi sendiri telah bertemu dengan tiga petinggi partai politik seperti Golkar, NasDem dan PKB. Sedangkan Gerindra masih belum menentukan langkahnya.
Sementara pengamat komunikasi politik dari Universitas Nasional, Robi Nurhadi menilai Prabowo berpeluang dapat mengalahkan Jokowi jika Gerindra mampu menggandeng 5 parpol Islam yakni PPP, PKS, PAN, PKB ditambah PBB berkoalisi dengan Prabowo tidak tertutup kemungkinan meraih single majority.
Namun pernyataan Prabowo Subianto yang berkeinginan agar Gerindra berkoalisi dengan PDIP, menjadi signal mulai melunaknya sikap capres Gerindra tersebut. Apakah Prabowo mulai ciut ?
"Saya kira (koalisi) iya. Termasuk dengan PDIP yang memiliki banyak tokoh bagus dan kalau memungkinkan kenapa tidak," tutur Prabowo beberapa waktu lalu.
Prabowo menegaskan jika Gerindra akan bekerja sama dengan siapa saja demi kepentingan bangsa. Soal rivalitas, Prabowo tak berkomentar. "Ya kita berdoa yang baik saja. Karena ini kepentingan rakyat Indonesia," ungkapnya.

Sumber :
inilah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar