Calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo berencana bersafari politik ke elite Partai Demokrat (PD).
Jika tiba waktunya, ia ingin bertemu ketua parpol brlambang bintang mercy tersebut, Susilo Bambang Yudhoyono. Agenda terserbut akan dilakukannya setelah menyambangi Partai Nasdem, Golkar dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
"Nanti yang ke lain. Semuanya. Saya akan ke semua, termasuk (bertemu) Demokrat," ungkap Jokowi, saat ditemui di Hotel Bidakara, Jakarta, Minggu (13/4/2014).
Selain ke Demokrat, Jokowi juga akan melakukan blusukan politik ke partai politik lainnya. Termasuk akan kembali mengulang pertemuan yang telah dilakukan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, dan Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie.
"Masih (akan bertemu), baru sekali. Mungkin bisa dua kali, tiga kali, empat kali," ujarnya.
Sementara salah satu pendiri Partai Demokrat (PD) Sutan Bhatoegana, mengatakan kader PD sudah siap mental bila takdir mengharuskan PD berdiri di luar pemerintahan berkuasa atau oposisi.
"Kami sudah siap untuk hal demikian. Dan Pak SBY juga sudah katakan, kalau kami untuk membangun bersama di dalam, kami siap, tapi kalau tidak, kami juga sudah siap. Kami tidak mau minta-minta ini dan itu ke parpol sekarang. Kami harus tegar," ucap Sutan kepada Tribun.
Sutan pun setuju menjadi partai oposisi akan menjadi bagian pembelajaran bagi Partai Demokrat agar bisa merebut kembali kemenangan pada Pemilu 2019 mendatang. Sebab, Partai Demokrat sebagai parpol baru, namun sudah menjadi partai pemenang pemilu dan menjadi partai berkuasa selama 10 tahun terakhir.
"Kami itu partai baru, tapi sudah dua kali menang, nanti bisa rebut lagi di 2019. Sementara, PDIP itu sudah 30 tahun ada, tapi baru masuk ke dalam sekarang," ujar Sutan.
Menurut Sutan, untuk membantu rakyat bisa dilakukan meski berada di luar pemerintahan berkuasa. "Makanya kami siap oposisi. Oposisi itu sama terhormatnya," ucapnya.
Walaupun demikian, kata Sutan, partainya masih jadi penentu dan memiliki nilai-jual dalam perkoalisian parpol untuk Pilpres 2014 kendati hasil hitung cepat (quick count) Pileg hanya mendapat 9 sampai 10 persen suara.
Sutan menyadari keputusan koalisi parpol untuk pilpres tersebut ada pada elite PD, termasuk ke Presiden SBY. Namun, ia ingin agar partainya tidak lagi berkoalisi dengan parpol yang menjadi teman sekaligus musuh seperti koalisi lima tahun terakhir ini.
Partai Demokrat dan anggota parpol koalisinya yakni Golkar, PKS, PKB, PPP, dan PAN kerap berseberangan menyangkut kebijakan di DPR dan pemerintah, seperti BBM dan kasus Century.
"Koalisinya harus sehati, sejati bukan basa-basi. Capek kita koalisi yang seperti kemarin ini, koalisi yang cuma basa-basi, kalau enaknya mereka mau, enggak enak enggak mau. Coba lihat, giliran kampanye mereka saling klaim soal kebijakan populis," tegas Sutan saat berbincang dengan Tribun.
Sementara Juru Bicara PKB Bambang Susanto mengatakan lebih baik PKB menyeriusi poros kerja sama dengan PDIP atau Gerindra yang sudah berkomunikasi secara nyata untuk membangun kerja sama.
Ia pun mengatakan PKB mulai dekat dengan partai berlambang banteng, PDIP. Apalgi calon presiden yang diusung PDIP, Joko Widodo telah bertemu dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar Sabtu kemarin.
"Sudah semakin mengarah, hanya perlu ditindaklanjuti pembahasanya yang lebih dalam, baru ketemu sekali kan masih perlu proses untuk yang lebih detail," tutur Bambang.
Sebelumnya Partai Nasdem resmi berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden pada Pemilu Presiden 2014. Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengatakan, kesepakatan itu diambil sambil menunggu hasil penghitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Kami, Partai Nasdem, sepakat merapatkan barisan persiapan mendukung calon presiden dari PDIP yang tepat berada di samping kanan saya, Mas Joko Widodo," kata Surya Paloh dalam konferensi persnya di kantor DPP Nasdem, Jakarta Pusat, Sabtu.
Surya Paloh menjelaskan, dukungan ini akan terus dibahas lebih lanjut di internal partai maupun dengan pihak luar partai, selama dua hingga tiga hari ke depan. Adapun pihak luar partai yang dimaksud Paloh adalah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Menurut Paloh, keputusan Partai Nasdem untuk berkoalisi dengan PDIP karena sama-sama memiliki platform dan garis perjuangan untuk melakukan perubahan serta restorasi bangsa Indonesia menjadi yang lebih baik lagi. Selain itu, Partai Nasdem juga bertekad untuk membuat Indonesia menjadi Indonesia Hebat sesuai dengan tagline yang diusung PDIP.
Partai Nasdem, ingin bersama PDI-P memperkokoh pemerintahan Indonesia dengan sistem presidensial. "Pak Jokowi juga secara khusus memberikan apreisiasi tentang hasil dan prestasi yang dicapai oleh Partai Nasdem di pileg kemarin," kata Paloh.
Sementara Ketua DPP partai Golkar Yoris Raweyai, mengatakan hingga Minggu (13/4) kemarin Partai Golkar belum menetapkan koalisi dengan partai manapun, pascaPemilihan Legislatif (Pileg) 9 April lalu.
Yoris mengatakan sebelum pengumuan resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Mei mendatang soal perolehan partai, maka idealnya setiap partai belum mengambil keputusan. "Sekarang baru komunikasi politik saja, menunggu Mei," katanya kepada wartawan di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat.
Sumber :
tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar