Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa dugaan "mark up"
bus TransJakarta sedang menunggu proses dari Badan Pemeriksa Keuangan
Provinsi (BPKP). "Masih diproses oleh BPKP, masih diproses oleh BPKP,"
kata Jokowi mengulangi dua kalimat yang sama lalu diikuti tawa khasnya
saat menjawab pertanyaan wartawan setelah melakukan pembekalan calon
anggota legislatif PDIP Riau di Pekanbaru, Sabtu, (8/3/2014).
Beberapa hari lalu, Pemerintah Provinsi Jakarta dilaporkan secara
resmi ke KPK atas penggelembungan pengadaan Bus Trans Jakarta yang
mencapai Rp53 miliar.
Pelapor sendiri adalah Ketua Forum Warga Kota
Jakarta (Fakta) Azas Tigor Nainggolan.
Penggelembungan itu terjadi untuk bus-bus Transjakarta tipe "single"
(tunggal), "medium" (bus kota terintegrasi busway) dan gandeng
(articulated) mencapai Rp 53.476.770.800. Berdasarkan penghitungan
Fakta, kerugian tersebut disebabkan adanya perbedaan angka dalam lima
paket lelang.
Penggelembungan itu muncul karena dalam proses lelang pihak panitia
lelang Dinas Perhubungan membuat klasifikasi melalui lima paket lelang
dengan daftar harga yang berbeda-beda. Maka setiap perusahaan pengadaan
bus otomatis ikut mendapatkan harga yang berbeda. Dengan kata lain,
pelelangan itu menjadi terpecah-pecah dan potensi "mark-up" semakin
terlihat.
Sementara itu, di Pekanbaru Jokowi dalam orasinya kepada seluruh
kader PDIP Riau mengatakan bahwa untuk Pemilu 2014 PDIP harus menang.
Menurutnya jika tidak menang tahun ini, PDIP akan menunggu lima tahun
lagi untuk menang.
Menurut dia, bisa dibayangkan misalnya yang lain menang, PDIP harus
menunggu lima tahun lagi dan setelah itu PDIP tidak juga menang karena
yang menang saat ini pasti bangun jaringan agar menang lagi sepuluh
tahun yang akan datang, ucapnya.
"Terus PDIP menangnya kapan?. Tidak ada kata lain pemilu kali ini
kita harus menang. Caleg PDIP harus menang di Pemilu 2014," kata Jokowi
disambut riuh kader PDIP Riau. Dalam acara itu hadir Sekjen DPP Tjahjo
Kumolo, Ketua DPD PDIP Riau Suryadi Khusaini, dan ketua panitia rapat
akbar Rusli Ahmad.
Sumber :
republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar