Selasa, 04 Maret 2014

Hasil Survei Tujuh Lembaga Dinilai Bermasalah

Pakar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI) Ade Armando, menyebut hasil survei yang disiarkan tujuh lembaga survei terkait tingkat elektabilitas calon Presiden, diduga bermasalah.
"Contohnya seperti INES (Indonesian Network Elections Suvey), itu masalahnya sangat serius. Hasil survei yang mereka rilis sangat tidak masuk akal,” katanya saat dihubungi di Jakarta, Selasa (4/3/2014).
Survei INES beberapa waktu lalu menyatakan elektabilitas Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto mencapai 40,8 persen.
Sementara tingkat elektabilitas Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) hanya 5,6 persen.
Selain hasil survei INES, enam hasil survei lain yang diduga bermasalah adalah rilis lembaga Fokus Survei Indonesia (FSI) pada Januari 2014. Survei itu menyebutkan, elektabilitas Prabowo Subianto 33 persen, sementara Jokowi 5,2 persen.
Kemudian hasil survei Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi (Sigma) yang menjadikan 112 wartawan sebagai responden. Hasil survei diduga bermasalah karena tidak dijelaskan siapa para wartawan yang menjadi responden, dari media mana dan mewakili siapa.
Survei lain yang diduga bermasalah, kata Ade, adalah milik Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Survei yang dirilis 2013 lalu menyebutkan, Aburizal Bakrie memiliki elektabilitas di peringkat pertama.
Survei Indonesia Research Center (IRC) yang menempatkan pasangan calon Presiden Partai Hanura, Wiranto-Hary Tanoesoedibjo naik ke empat besar, tidak valid. Terlebih temuan berdasarkan hasil survei yang belum selesai 100 persen. Saat pengumuman, IRC baru mengumpulkan 80 persen data.
Hasil survei Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) menurut Ade juga meragukan. Karena disebut dilakukan lewat jaringan telepon, sementara pemilik telpon (rumah) di Indonesia saat ini tidak lebih dari 10 persen.

Sumber :
jpnn.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar