Walau pemilihan presiden (pilpres 2014) masih akan berlangsung dalam
beberapa bulan ke depan, namun sejumlah elite partai politik tampaknya
sudah mulai memetakan pasangan calon yang akan berlaga.
Salah satunya adalah Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN),
Dradjad H Wibowo. Menurutnya, ada hingga setidaknya empat skenario
pasangan capres-cawapres yang bisa muncul di pilpres 2014 mendatang.
Semuanya tak bisa dilepaskan dari keuntungan penguasa rejim saat ini,
dan atau hasil pemilu legislatif 2014 pada awal April nanti.
Pertama, ada skenario dengan dua pasangan capres-cawapres yang
dinilai akan menguntungkan SBY sebagai rejim yang akan selesai tahun
ini. Kuncinya adalah meletakkan posisi tawar yang kuat (bargaining) pada rejim penerusnya.
Dradjat menilai, hal itu bisa terakumulasi di dua partai politik
besar saat ini, PDI Perjuangan (PDI-P) dan Partai Golkar. Golkar yang
akan memajukan Aburizal Bakrie punya peluang menang pilpres melawan
Megawati Soekarnoputri. Demikian sebaliknya, Megawati juga peluang
menang kalau lawan tandingnya Aburizal.
"Mereka yang berperan dan berkepentingan membuat skenario dua
pasangan capres. Misalnya, diskenariokan ARB berpasangan dengan Pramono
Edhie, Megawati dengan Hatta Rajasa. Buat SBY, itu sangat menguntungkan
posisinya," kata Dradjad di Jakarta, Kamis (27/2/2014).
Skenario dua pasangan terjadi apabila suara parpol lainnya tak
terlalu signifikan. Dengan skenario demikian, maka otomatis Gerindra
dengan Prabowo, dan Hanura dengan Win-HT takkan terlalu dilibatkan.
Satu lagi, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bisa diandalkan oleh
PDI-P menjadi capres di skenario dua pasangan bila mendapat restu maju
dari Megawati.
Namun ada kemungkinan muncul skenario tiga pasangan capres-cawapres
dengan kondisi suara signifikan diperoleh Gerindra dan Hanura di pileg
mendatang. Dan di skenario ini, Jokowi bisa juga menjadi capres diusung
parpol di luar PDI-P.
Skenario tiga capres ini akan menunjukkan dinamika yang dinamis di
kalangan parpol menengah. Kemungkinan mereka akan berebut untuk masuk
menjadi parpol pengusung Jokowi.
"Jokowi hanya bisa maju dalam skenario tiga capres," imbuhnya.
Walau demikian, masih dimungkinkan terjadinya skenario empat capres
apabila partai kecil dan menengah mendapat suara yang relatif merata.
"Empat capres bisa terjadi ketika suara partai-partai menengah
relatif merata, sehingga gabungan tiga partai sudah mencukupi syarat 20
persen kursi. Semua partai menengah berpeluang menjadi penarik gerbong
jika suara mereka relatif merata. Nah hal ini memungkinkan empat
capres," jelasnya.
Walau demikian, bagi Dradjad, dari kesemua itu, skenario tiga capres itulah yang paling besar peluang terwujudnya.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar