Direktur Eksekutif Poltracking Institute Hanta Yuda berpendapat bahwa penyadapan yang terjadi di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, sebenarnya bukan hal yang luar biasa.
"Bila rumah seorang Jokowi disadap itu menurut saya biasa saja,” jelas Hanta Yuda ketika dihubungi wartawan via telepon seluler, Minggu (23/2/2014).
Menurut Hanta, Jokowi merupakan sosok yang sejak menjabat gubernur menjadi perbincangan publik. Sehingga, apapun tindak-tanduknya menjadii sorotan. Bahkan, lanjutnya, di setiap survei oleh beberapa lembaga, nama Jokowi selalu leading dan menjadi seorang calon presiden potensial.
Nah, fenomena Jokowi inilah, kata Hanta, yang membuat penyadapan terjadi di rumah dinas Jokowi bukan hal yang luar biasa.
"Banyak yang berkepentingan. Lawan-lawan politik ingin tahu lebih banyak apa yang dilakukan Jokowi di rumahnya, itu biasa,” kata peraih Inspiring Alumni Award Fisipol Universitas Gajahmada pada Dies Natalis FISIPOL UGM 2012 lalu, itu
Hanta mengatakan bila kejadian penyadapan tersebut mau diinvestigasi, siapa pun dengan mudah bisa melakukannya.
Apalagi, kata dia, salah satu alat sadap itu ditemukan di ruang paling pribadi kediaman Jokowi. "Itu kan rumah dinas dan menjadii tempat tinggal sehari-hari Jokowi dan keluarganya. Investigasi saja. Pelakunya pasti bisa dengan mudah bisa ditemukan,” paparnya.
Sedangkan pengamat politik Dhani Syahbandar mengatakan, masyarakat sebaiknya jangan menilai peristiwa penyadapan Jokowi secara parsial. Tapi, harus dinilai secara menyeluruh.
“Ini kan tahun politik. Jangan-jangan peristiwa ini hanya sebagai penggorengan isu saja. Bisa jadi juga mencari simpati dan pembentukan opini,” tukas Kepala Divisi Pendidikan Politik Solusi Pemuda Indonesia (SPI), itu saat diwawancarai wartawan, Minggu (23/2).
Menurut Dhani, saat ini ada konflik internal di tubuh PDI Perjuangan, dan apa yang terjadi benar-benar menjadi isu nasional. Karena itu, lanjut dia, masyarakat beranggapan bahwa penyadapan yang terjadi hanya sekedar dagelan politik atau ketoprak humor untuk mengalihkan isu.
“Kalau memang itu nyata dan benar-benar terjadi, mengapa tidak lapor polisi saja. Indonesia ‘kan negara hukum,” kata Aktivis ’98 ini.
Sumber :
jpnn.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar