Sosok Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo (Jokowi) ternyata menjadi magnet bagi media
internasional. Penampilannya yang sederhana dan bersedia blusukan
menjadi salah satu faktor mengapa publik internasional demen dan penasaran
terhadap kader terbaik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini.
Hal itu terungkap dalam
diskusi dengan para jurnalis asing yang diadakan oleh Kedutaan Besar
Amerika Serikat di Pusat Kebudayaan AS, Jakarta Selatan.
Hadir sebagai narasumber dua wartawan asing Sam Reeves yang bekerja untuk media Prancis, Agence France Press (AFP) dan Joe Cochrane, koresponden New York Times.
Reeves
menyebut isu pemilihan umum di Indonesia semakin menarik lantaran
munculnya sosok Jokowi yang diharapkan publik ikut maju dalam pemilihan
Presiden.
"Sebenarnya isu pemilu di Indonesia tidak terlalu
begitu menarik pembaca kami. Tetapi karena ada Jokowi, menjadikan
pemberitaannya menarik. Dia orang yang berbeda," kata Reeves yang
sebelumnya bekerja untuk media Inggris, Association Press.
Sementara Cochrane menyebut kendati Jokowi merupakan pejabat publik, tetapi dia sama seperti dengan warga pada umumnya.
"Sosoknya
sangat sederhana. Dia pergi ke mana pun dengan mobil yang tidak mewah.
sehari-hari berkeliling Jakarta dengan menggunakan baju yang model
itu-itu saja," ujar Cochrane.
Saking kagum terhadap sosok pria kurus itu, NYT menyebut Jokowi sebagai "Man of the People".
Dalam
artikel yang ditulis Cochrane tanggal 25 September 2013 lalu, pria yang
kini menjadi Ketua Klub Koresponden Asing Jakarta (JFCC) itu menyebut
warga kaget melihat pemimpinnya keluar dari kantor dan turun langsung ke
lapangan.
Gara-gara aksi blusukan itu, tulis Cochrane, dalam
berbagai survei Jokowi selalu menempati posisi teratas sebagai kandidat
capres 2014.
Kendati harus meliput isu lokal, namun baik Reeves
dan Cochrane mengakui bekerja di Indonesia tidak mudah. Mereka sepakat
bahwa berbicara dengan para pejabat lokal di Indonesia mudah.
"Tetapi bukan berarti, kami bisa dengan mudah memperoleh informasi dari mereka," kata Cochrane.
Tantangan
lain yang dihadapi Cochrane yaitu beradaptasi dengan kemacetan di
Jakarta. Demi bisa meliput tepat waktu, Cochrane mengaku sudah hafal
betul situasi lalu lintas di Jakarta.
"Seperti contohnya, saya
tidak akan mau melewati Jalan Sudirman di hari kerja setelah pukul 5
sore. Karena tingkat kemacetannya sangat parah. Lalu lintas bisa
bertambah parah ketika di hari Jumat," ujar Cochrane berkisah.
Dia
pun mengaku pernah memiliki pengalaman unik ketika naik bus
TransJakarta mengenakan jas lengkap dengan kemeja. Publik memandang aneh
ketika melihat bule naik tranportasi umum.
Dia sengaja memilih naik
TransJakarta bersama koleganya yang tiba dari Hong Kong untuk bertemu
Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, di daerah Senayan.
"Mereka
seolah-olah tidak percaya melihat ada bule berjas lengkap naik bus
TransJakarta. Tapi pada akhirnya kami bisa tiba di sana hanya dalam
waktu lima menit," kata dia.
Kendati begitu, Cochrane mengaku
suka tinggal dan bekerja di Indonesia. Selain karena memiliki istri asal
Indonesia, negara ini, ujar Cochrance memiliki beragam sumber
pemberitaan yang menarik.
"Semua isu bisa Anda temukan di sini,
mulai dari sistem demokrasi, perubahan iklim, kemiskinan, politik, dan
hukum. Intinya, semua isu global bisa Anda dapatkan di sini dan dapat
dijadikan bahan penulisan," kata dia.
Sementara tantangan yang
dirasakan Reeves yaitu sulitnya mendapatkan informasi yang akurat
apabila terjadi peristiwa di Indonesia.
"Ya, mungkin saya bisa memperolehnya dari pejabat lokal di sini. Tapi datanya berbeda-beda. Sementara apabila terjadi breaking news, kami harus bisa menginformasikan secara tepat dan akurat," kata Reeves.
Sumber :
viva.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar