Selasa, 28 Januari 2014

Jokowi Go International

Sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) ternyata menjadi magnet bagi media internasional. Penampilannya yang sederhana dan bersedia blusukan menjadi salah satu faktor mengapa publik internasional demen dan penasaran terhadap kader terbaik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini.
Hal itu terungkap dalam diskusi dengan para jurnalis asing yang diadakan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Pusat Kebudayaan AS, Jakarta Selatan.
Hadir sebagai narasumber dua wartawan asing Sam Reeves yang bekerja untuk media Prancis, Agence France Press (AFP) dan Joe Cochrane, koresponden New York Times.
Reeves menyebut isu pemilihan umum di Indonesia semakin menarik lantaran munculnya sosok Jokowi yang diharapkan publik ikut maju dalam pemilihan Presiden.
"Sebenarnya isu pemilu di Indonesia tidak terlalu begitu menarik pembaca kami. Tetapi karena ada Jokowi, menjadikan pemberitaannya menarik. Dia orang yang berbeda," kata Reeves yang sebelumnya bekerja untuk media Inggris, Association Press.
Sementara Cochrane menyebut kendati Jokowi merupakan pejabat publik, tetapi dia sama seperti dengan warga pada umumnya.
"Sosoknya sangat sederhana. Dia pergi ke mana pun dengan mobil yang tidak mewah. sehari-hari berkeliling Jakarta dengan menggunakan baju yang model itu-itu saja," ujar Cochrane.
Saking kagum terhadap sosok pria kurus itu, NYT menyebut Jokowi sebagai "Man of the People".
Dalam artikel yang ditulis Cochrane tanggal 25 September 2013 lalu, pria yang kini menjadi Ketua Klub Koresponden Asing Jakarta (JFCC) itu menyebut warga kaget melihat pemimpinnya keluar dari kantor dan turun langsung ke lapangan.
Gara-gara aksi blusukan itu, tulis Cochrane, dalam berbagai survei Jokowi selalu menempati posisi teratas sebagai kandidat capres 2014.
Kendati harus meliput isu lokal, namun baik Reeves dan Cochrane mengakui bekerja di Indonesia tidak mudah. Mereka sepakat bahwa berbicara dengan para pejabat lokal di Indonesia mudah.
"Tetapi bukan berarti, kami bisa dengan mudah memperoleh informasi dari mereka," kata Cochrane.
Tantangan lain yang dihadapi Cochrane yaitu beradaptasi dengan kemacetan di Jakarta. Demi bisa meliput tepat waktu, Cochrane mengaku sudah hafal betul situasi lalu lintas di Jakarta.
"Seperti contohnya, saya tidak akan mau melewati Jalan Sudirman di hari kerja setelah pukul 5 sore. Karena tingkat kemacetannya sangat parah. Lalu lintas bisa bertambah parah ketika di hari Jumat," ujar Cochrane berkisah.
Dia pun mengaku pernah memiliki pengalaman unik ketika naik bus TransJakarta mengenakan jas lengkap dengan kemeja. Publik memandang aneh ketika melihat bule naik tranportasi umum.
Dia sengaja memilih naik TransJakarta bersama koleganya yang tiba dari Hong Kong untuk bertemu Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, di daerah Senayan.
"Mereka seolah-olah tidak percaya melihat ada bule berjas lengkap naik bus TransJakarta. Tapi pada akhirnya kami bisa tiba di sana hanya dalam waktu lima menit," kata dia.
Kendati begitu, Cochrane mengaku suka tinggal dan bekerja di Indonesia. Selain karena memiliki istri asal Indonesia, negara ini, ujar Cochrance memiliki beragam sumber pemberitaan yang menarik.
"Semua isu bisa Anda temukan di sini, mulai dari sistem demokrasi, perubahan iklim, kemiskinan, politik, dan hukum. Intinya, semua isu global bisa Anda dapatkan di sini dan dapat dijadikan bahan penulisan," kata dia.
Sementara tantangan yang dirasakan Reeves yaitu sulitnya mendapatkan informasi yang akurat apabila terjadi peristiwa di Indonesia.
"Ya, mungkin saya bisa memperolehnya dari pejabat lokal di sini. Tapi datanya berbeda-beda. Sementara apabila terjadi breaking news, kami harus bisa menginformasikan secara tepat dan akurat," kata Reeves. 

Sumber :
viva.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar