Sejumlah
ruas jalan rusak di Jakarta akibat terendam banjir dua pekan kemarin
mulai diperbaiki, Senin (27/1/2014). Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) pun
terjun langsung mengawasi. Namun, perbaikan itu belum dijalankan
serempak di semua wilayah dan tak diimbangi dengan pemasangan rambu
peringatan.
Rambu ini penting agar pengguna jalan lebih berhati-hati sehingga meminimalkan terjadinya kecelakaan.
Menurut Jokowi, walaupun saat ini Pemerintah Provinsi DKI mulai
menerapkan sistem belanja elektronik, praktik penyimpangan masih bisa
terjadi. Sebab, di sejumlah ruas, kerusakan terlalu cepat terjadi dari
toleransi waktu yang semestinya.
”Sistem belanja elektronik sudah bagus, tetapi harus dicek di
lapangan. Bisa saja yang seharusnya bahan yang dibutuhkan kualitas A,
tetapi malah disediakan bahan dengan B. Butuhnya bahan dengan KW 1,
tetapi diberi bahan KW 3. Dari mana bisa mengetahui jika tidak dari
pengawasan lapangan,” ujarnya.
Jokowi mengakui, memperbaiki jalan di kala musim hujan tantangannya
berat. Sebab, guyuran air di lokasi perbaikan jalan memperburuk kualitas
perbaikan. Karena itu, kekuatan jalan tidak bertahan lama. Namun, untuk
jalan yang rusak dalam hitungan hari itu perlu dicek penyebabnya.
Pendapat Jokowi diamini Juaini, Kepala Bidang Pemeliharaan Jalan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta.
Saat ini persoalan terberat adalah mencari waktu perbaikan jalan yang
harus berkejaran dengan hujan. Petugas perbaikan jalan bekerja setiap
saat ketika cuaca cerah, tidak sedang hujan.
”Setelah dua hari terakhir ini cerah, kami dapat memperbaiki 30 ruas
jalan yang rusak. Kami memprioritaskan kerusakan jalan di tempat yang
paling parah dan membahayakan keselamatan pengguna jalan,” kata Juaini.
Terkait hal itu, masyarakat dapat melaporkan tempat dan kondisi
kerusakan jalan. Informasi itu bisa disampaikan melalui media sosial
Twitter @poskodpudki atau menghubungi nomor telepon ke 021 3844444.
Menurut Juaini, informasi itu akan segera direspons secepat mungkin.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengakui sulit
mengatasi masalah aspal yang berlubang akibat tergenang air.
”Aspal hotmix yang terendam air pun habis. Solusinya dibeton, tetapi
itu makan waktu lama. Menyelesaikan konstruksinya lama. Ketika selesai
mengecor pun, baru dua minggu lagi bisa dilintasi,” ujar Basuki.
Karena itu, cara paling mudah dan cepat adalah dengan tidak
membiarkan jalan tergenang dalam waktu lama. Untuk itu, seluruh pompa
harus berfungsi optimal dan seluruh saluran air harus bersih dari
sampah.
Basuki juga mempertanyakan ruas jalan aspal yang cepat rusak. Ia pun
meyakini ada yang tidak semestinya terjadi jika kerusakan jalan terjadi
amat cepat. Misalnya, biaya yang lebih mahal dari biaya semestinya.
”Tender-tender kita memang jadi masalah. Sistem kita konyol. Makanya saya akan rapat soal pengadaan barang dan jasa,” ujarnya.
Genangan
Air yang menggenangi badan jalan membuat kualitas jalan menurun.
Kerusakan karena genangan air ini terjadi di banyak ruas jalan di
Jakarta.
Kerusakan itu tampak di Jalan Casablanca, Kota Kasablanka, Jakarta
Selatan. Selain berlubang dan bergelombang, lapisan aspal mengelupas
sehingga kerikil berserakan. Kerusakan jalan juga terjadi di Jalan KH
Mas Mansyur hingga TPU Karet. Selain rusak dan berlumpur akibat bekas
galian yang tidak dirapikan pelaksana proyek, di beberapa titik tampak
aspal mengelupas dan membuat permukaan jalan bergelombang.
Lubang di jalan yang bermunculan di sejumlah ruas jalan utama
pascabanjir masih banyak yang belum diperbaiki. Lubang- lubang itu
bertebaran di banyak lokasi dan kedalamannya 5-15 sentimeter. Kerusakan
jalan itu tampak di Jalan Gunung Sahari.
Kerusakan jalan yang belum diperbaiki tampak di Jalan Pejompongan,
Penjernihan, Jalan Galunggung, Jakarta Pusat, dan Jalan Sultan Agung,
Jakarta Selatan. Pengendara sepeda motor harus ekstra berhati-hati
karena rawan kecelakaan.
Ardi (35), pengendara sepeda motor, mengaku hampir terjatuh karena
kehilangan keseimbangan setelah tidak sengaja harus menerabas jalan
berlubang.
Kerusakan jalan juga terjadi di beberapa titik di Ciledug Raya,
Jakarta Selatan, di antaranya di jalanan menjelang masuk jalan tol JORR
yang baru dioperasikan. Jalanan yang sering tergenang air di kawasan itu
mengakibatkan jalanan berlubang dan lapisan aspal mengelupas.
Di Jakarta Timur, sejumlah ruas jalan yang rusak parah belum
diperbaiki. Paling parah, ruas Jalan Abdullah Syafei yang terendam
banjir luapan Kali Ciliwung kondisinya hancur berantakan. Akibatnya,
kendaraan yang melintas ekstra hati-hati.
Di Jalan Otista Raya, kerusakan di sejumlah ruas jalan itu juga masih
dibiarkan menganga. Belum ada yang dilapisi kembali dengan aspal
sehingga setiap kendaraan harus berhati-hati saat melintas, terutama
pada malam hari.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar