Kamis, 05 Desember 2013

Jokowi-Ahok 'Tiup' Hujan dengan Garam

Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) adalah salah satu cara untuk mengantisipasi banjir di Jakarta. Namun, program rekayasa cuaca ini baru dapat dilakukan setelah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)menerima Surat Pernyatan Siaga Darurat Banjir dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Setelah ada surat maka TMC akan digelar. Kita masih menunggu surat siaga," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Rabu 4 Desember 2013. Sutopo menyatakan, surat siaga baru keluar pada 15 Desember mendatang.
Sejauh ini, Sutopo menjelaskan, pihaknya telah melakukan koordinasi bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) terkait persiapan antisipasi banjir.
Dengan cara mengumpulkan camat dan lurah se-Jakarta. "Dikumpulkan untuk langkah-langkah antisipasi," ujar Sutopo.
Selain itu, BNPB juga menyediakan dana bencana untuk 15 kecamatan sebesar Rp. 250 juta per wilayah. Tak hanya kecamatan, kelurahan juga disiapkan dana uang sebanyak Rp. 50 juta sampai Rp. 100 juta. "Untuk tiap kelurahan di 89 wilayah," ujar Sutopo.
Adapun untuk proyek rekayasa cuaca menelan anggaran sebesar 28M. Anggaran tersebut untuk biaya operasi selama empat bulan, dari Desember 2013 sampai Maret 2014. "20M dari APBD DKI Jakarta dan  8M dari Dana Siap Pakai BNPB," kata Sutopo.
Menurut Sutopo, biaya yang digunakan untuk proyek rekayasa cuaca kali ini jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan dampak dari yang disebabkan banjir. "Kerugian banjir pada 2007 sekitar 3,8T dan Januari-Februari 2013 sekitra 3-4T," kata Sutopo.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) belum dapat memastikan jumlah garam yang akan digunakan dalam Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Rekayasa cuaca ini akan berlangsung selama empat bulan dari Desember 2013 sampai Maret 2014.
"Tergantung kebutuhan," tutur Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di kantornya kemarin. Dalam sehari, Sutopo melanjutkan, penyebaran garam bisa dilakukan sampai tiga kali. "Tapi kadang-kadang nggak terbang."
Untuk sekali penyebaran bisa menghabiskan 8 ton garam bila diangkut dengan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara. Sementara Cassa 212 hanya bisa membawa 1 ton garam. "TNI dan BPPT sudah siap. Tinggal menunggu surat siaga darurat banjir," ucap Sutopo.
Dalam proyek rekayasa cuaca ini, Sutopo memastikan tidak akan terjadi kerusakan ekosistem, terutama dalam kualitas air. "Rasannya nggak asin dan di bawah ditaruh alat-alat pemantau kualitas air," ucapnya. " Jadi TMC hanya mengurangi pasokan air hujan."
Jadi, Sutopo menjelaskan, rekayasa cuaca ini dilakukan terhadap awan-awan yang akan memasuki daerah target atau upwind. "Kita semai dengan garam dan dijatuhkan di Selat Sunda atau Laut Jawa," ujar Sutopo "Dipercepat hujannya sebelum masuk Jakarta."
Menurut Sutopo, rekayasa cuaca ini cukup efektif dalam mengurangi hujan yang masuk ke Jakarta. Berdasarkan pengalaman pada 26-27 Januari 2013, cara ini mampu mengurangi sebesar 30 persen. "Kalau nggak dilakukan banyak banjir dan masalah," tutur Sutopo.

Sumber :
tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar