Partai Demokrat (PD) berpendapat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak
bermaksud "menyerang" Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), terkait masalah
penanganan kemacetan di Jakarta. Pernyataan Presiden soal kemacetan itu
dinilai sesuai dengan ketentuan undang-undang dan bukan tanpa alasan.
Hal ini dikemukakan oleh
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Michael Wattimena.
"Kemarin
itu tidak serta-merta pidatonya pelimpahan (masalah kemacetan) itu
adalah kesalahan pemerintahan Jokowi. Tapi beliau sampaikan kepada
masyarakat kalau ada persoalan (soal kemacetan), tanya Gubernur," kata Michael Wattimena, di
Jakarta, Kamis (14/11/2013).
Wakil Ketua Komisi V DPR ini pun
mengatakan, dalam pidato itu Presiden tak hanya menyebut Gubernur DKI
Jakarta, tetapi juga gubernur lainnya. Di antara gubernur yang disebut
pula oleh Presiden SBY, sebut dia, adalah Gubernur Jawa Barat Ahmad
Heryawan, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, dan Gubernur Sumatera Selatan
Alex Noerdin.
"Jadi, tidak ada pernyataan Pak SBY yang
tendensius politis ke Pak Jokowi," imbuh Michael. Menurut dia pernyataan
Presiden sesuai dengan ketentuan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang di dalamnya mengatur pembagian
wewenang pemerintah pusat dan daerah. "Jadi, sama sekali tak ada yang
salah dengan pernyataan Presiden," ujar dia.
Terlebih lagi, kata
Michael, pada 26 Mei 2011, Presiden juga pernah mengumpulkan jajaran
kabinet untuk membahas masalah kemacetan di Jakarta. "Artinya, Presiden
tidak lempar tanggung jawab," ujar dia.
Jumlah kendaraan
Soal
kemacetan tiada akhir di Jakarta, Michael berpendapat ada banyak
penyebab. Angka pembelian kendaraan di Jakarta, sebut dia, adalah salah
satu penyebab itu. Meski demikian, dia tetap mempertanyakan strategi
Jokowi untuk mengatasi kemacetan tersebut.
"Jangan masuk ke
efektif atau tidak (kebijakan Jokowi soal kemacetan) karena saya belum
melihat kebijakan yang ditonjolkan untuk atasi macet ini," ujar Michael.
Sterilisasi jalur khusus bus transjakarta menurut dia bukanlah strategi
karena langkah tersebut memang sudah seharusnya berlaku.
Sebelumnya,
Presiden SBY menyinggung pengalamannya saat berkumpul bersama para
perdana menteri negara-negara ASEAN. Presiden merasa tertusuk keluhan
para perdana menteri soal kemacetan Jakarta. Mereka pun menanyakan
solusi apa yang diambil Pemerintah Indonesia untuk mengatasi kemacetan
itu.
"(Saya ditanya) bagaimana solusinya? Kan saya enggak enak
ditanya bagaimana solusinya," kata SBY beberapa waktu lalu. Menurut SBY,
seharusnya kepala daerah setempat yang menjawab. Ia juga menyarankan
agar para pengusaha menemui Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk
membicarakan masalah macet di Jakarta. Begitu pula kemacetan di daerah
lain.
"Yang harus jelaskan gubernurnya, wali kotanya. (Solusi
dari kepala daerah) begini Pak, konsep kami. Pemerintah pusat bisa
membantu, memberikan kemudahan-kemudahan. Efeknya kan banyak sekali
macet 3 jam, 4 jam," ujar Presiden. Pidato inilah yang kemudian mendapat
banyak sorotan dan dinilai pemerintah lepas tangan soal masalah
kemacetan di Jakarta.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar