"Ketika sejumlah partai politik tengah mencari calon presiden, sebagian
besar orang Indonesia bilang hanya Jokowi orang yang tepat." Demikian
pembukaan yang termuat dalam laporan The Economist.
Majalah terkemuka Inggris itu menyorot Pemilu 2014 lewat berita berjudul 'Indonesia's 2014 elections: Let the games begin'.
Dituliskan,
beberapa hari ini, perhatian tertuju pada Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY). Masa jabatannya tinggal setahun lagi. Tapi
pemerintahannya jalan di tempat. Tak terlalu banyak berubah. Pemimpin
pengganti pada Pemilu 2014 sangat dinanti-nanti.
"Tahun depan, pemilihan presiden akan digelar pada Juli setelah pemilu parlemen pada April," tulis The Economist, 7 September 2013.
Beberapa
partai telah mendeklarasikan capres, seperti Golkar yang mengusung
pengusaha besar Aburizal Bakrie dan Gerindra yang mencalonkan mantan
Danjen Kopassus Prabowo Subianto.
Namun partai penguasa, Demokrat
pimpinan SBY belum juga menentukan capres. Demokrat akan menggelar
konvensi untuk mengusung kandidatnya.
"Akan tetapi, beberapa pihak
menduga SBY menyetir konvensi. Adik ipar SBY, mantan Kepala Staf
Angkatan Darat (KSAD) Pramono Edhie Wibowo disebut bakal menjadi
pilihan. Sementara mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (Mahfud MD) mundur
ikut konvensi karena mempertanyakan integritas pemilihan," urai The Economist.
Pakar
komunikasi politik yang juga aktivis Effendi Gazali membantah hal itu.
Dia bilang, Konvensi Demokrat bersifat terbuka dan kompetitif. "Dan
bagus untuk memberikan contoh baik dalam perpolitikan Indonesia."
Kemudian
ada juga seseorang yang menolak ikut Konvensi Demokrat. Namanya Joko
Widodo atau karib dikenal Jokowi. Dalam sejumlah survei, Gubernur DKI
Jakarta ini selalu menjadi capres favorit. Anak muda Indonesia suka
gayanya yang sederhana.
"Dibandingkan tokoh lain, Prabowo dan
Bakrie, Jokowi punya sesuatu yang baru, berbeda. Dia punya rekam jejak
yang baik dalam 7 tahun terakhir, sejak menjabat sebagai Walikota Solo,
Jawa Tengah," tulis majalah Inggris.
Saat pemerintahan SBY dinilai
gagal dalam mengatasi masalah, seperti korupsi dan buruknya birokrasi,
Jokowi datang. Jokowi diharapkan bisa memperbaiki sistem pemerintahan.
"Tapi
sayang, ia (Jokowi) belum pasti nyapres. Ia selalu menegaskan, ingin
berkonsentrasi mengurus Jakarta, pekerjaan yang cukup berat. Namun
desakan dari dalam PDIP untuk mengusung Jokowi juga banyak."
Ketua
Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, putri presiden pertama RI Soekarno,
juga presiden ke-5 RI, yang memutuskan siapa capres yang diusung
partainya. Tapi bisa saja Jokowi yang akan dipilih mengingat banyaknya
desakan.
"Atau bisa saja nanti berkoalisi dengan Partai Demokrat, meski saat ini belum terjadi," tutup The Economist.
Sumber :
liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar