Minggu, 08 September 2013

Majalah Inggris: Hanya Jokowi Capres yang Tepat

"Ketika sejumlah partai politik tengah mencari calon presiden, sebagian besar orang Indonesia bilang hanya Jokowi orang yang tepat." Demikian pembukaan yang termuat dalam laporan The Economist.
Majalah terkemuka Inggris itu menyorot Pemilu 2014 lewat berita berjudul 'Indonesia's 2014 elections: Let the games begin'.
Dituliskan, beberapa hari ini, perhatian tertuju pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Masa jabatannya tinggal setahun lagi. Tapi pemerintahannya jalan di tempat. Tak terlalu banyak berubah. Pemimpin pengganti pada Pemilu 2014 sangat dinanti-nanti.

"Tahun depan, pemilihan presiden akan digelar pada Juli setelah pemilu parlemen pada April," tulis The Economist, 7 September 2013.
Beberapa partai telah mendeklarasikan capres, seperti Golkar yang mengusung pengusaha besar Aburizal Bakrie dan Gerindra yang mencalonkan mantan Danjen Kopassus Prabowo Subianto.
Namun partai penguasa, Demokrat pimpinan SBY belum juga menentukan capres. Demokrat akan menggelar konvensi untuk mengusung kandidatnya.
"Akan tetapi, beberapa pihak menduga SBY menyetir konvensi. Adik ipar SBY, mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Pramono Edhie Wibowo disebut bakal menjadi pilihan. Sementara mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (Mahfud MD) mundur ikut konvensi karena mempertanyakan integritas pemilihan," urai The Economist.
Pakar komunikasi politik yang juga aktivis Effendi Gazali membantah hal itu. Dia bilang, Konvensi Demokrat bersifat terbuka dan kompetitif. "Dan bagus untuk memberikan contoh baik dalam perpolitikan Indonesia."
Kemudian ada juga seseorang yang menolak ikut Konvensi Demokrat. Namanya Joko Widodo atau karib dikenal Jokowi. Dalam sejumlah survei, Gubernur DKI Jakarta ini selalu menjadi capres favorit. Anak muda Indonesia suka gayanya yang sederhana.
"Dibandingkan tokoh lain, Prabowo dan Bakrie, Jokowi punya sesuatu yang baru, berbeda. Dia punya rekam jejak yang baik dalam 7 tahun terakhir, sejak menjabat sebagai Walikota Solo, Jawa Tengah," tulis majalah Inggris.
Saat pemerintahan SBY dinilai gagal dalam mengatasi masalah, seperti korupsi dan buruknya birokrasi, Jokowi datang. Jokowi diharapkan bisa memperbaiki sistem pemerintahan.
"Tapi sayang, ia (Jokowi) belum pasti nyapres. Ia selalu menegaskan, ingin berkonsentrasi mengurus Jakarta, pekerjaan yang cukup berat. Namun desakan dari dalam PDIP untuk mengusung Jokowi juga banyak."
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, putri presiden pertama RI Soekarno, juga presiden ke-5 RI, yang memutuskan siapa capres yang diusung partainya. Tapi bisa saja Jokowi yang akan dipilih mengingat banyaknya desakan.
"Atau bisa saja nanti berkoalisi dengan Partai Demokrat, meski saat ini belum terjadi," tutup The Economist.
Sumber :
liputan6.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar