Penataan Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, menunjukkan kemajuan.
Di sisi barat waduk hampir sebagian besar bangunan yang ada sudah
dibongkar. Aktivitas pengerukan lumpur terus berjalan di area waduk,
sementara jalan inspeksi di sekitar waduk mulai bisa dipakai.
”Bisa
dilihat, selalu ada perkembangan proyek normalisasi. Pekerjaan perlu
dipantau terus. Ini yang disebut manajemen kontrol,” kata Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo (Jokowi), Senin (3/6/2013), saat mengunjungi Waduk Pluit,
Jakarta Utara.
Jokowi tetap dengan tekadnya
mengembalikan fungsi waduk sebagai kawasan resapan air. Tidak hanya itu,
normalisasi waduk bisa dipakai untuk keperluan wisata. ”Kedalaman waduk
akan kami kembalikan 10 sampai 15 meter,” katanya.
Untuk
mempercepat pengerjaan tersebut, Pemprov DKI Jakarta berencana menambah
alat berat. Alat itu untuk mengangkat timbunan sampah dan lumpur yang
membuat waduk jadi dangkal. ”Keberadaan waduk ini akan sia-sia jika
dibiarkan saja,” kata Jokowi.
Saat ini jalan inspeksi di
sepanjang bibir waduk sudah membentang sepanjang 700 meter dari target
sementara ini 2 kilometer. Jalan tersebut dibuat dengan konstruksi beton
yang dikerjakan satu bulan lalu. Kawasan waduk mulai dari sisi selatan
hingga barat juga lebih tampak terbuka jika dilihat dari Jalan Pluit
Timur Raya dibanding sebelumnya yang dipenuhi hunian warga penggarap.
Setiap
hari, tak kurang dari 80 personel kepolisian menjaga area itu. Mereka
mendirikan posko keamanan di sisi barat dan selatan waduk.
Kepala
Unit Pelaksana Teknis Alat dan Perbekalan Sisca Herawati mengatakan,
pengerukan waduk masih menggunakan dana dari tanggung jawab sosial
perusahaan. ”Dana dari Dinas Pekerjaan Umum belum dipakai. Kami baru
akan membuka lelang proyek setelah perubahan anggaran pendapatan dan
belanja daerah,” kata Sisca
Warga Tetap bertahan
Warga di area waduk yang belum direlokasi masih bertahan di tempat itu. Di kampung Taman Burung yang berada di sisi barat waduk, sebagian warga
tetap membangun rumah. Beberapa warga malah menunjukkan patok-patok
dari bambu yang menjadi pembatas lahan yang akan digarap warga
pendatang.
”Kalau memang tanah ini mau digusur, mengapa masih ada
orang yang berani matok-matok lahan di sini. Ke mana orang
pemerintahnya,” kata seorang warga yang enggan menyebutkan nama untuk
menghindari konflik dengan sesama warga.
Rianto (40), warga Taman
Burung yang sudah lebih dulu direlokasi ke Rusunawa Marunda, juga
mengatakan hal serupa. Menurut dia, ada saja warga yang terus berusaha
mengokupasi lahan di kawasan waduk yang belum dibebaskan pemerintah.
Camat
Penjaringan Rusdiyanto mengaku, pihaknya sudah rutin menertibkan warga
yang masih tetap berusaha mematok-matok lahan di kawasan waduk yang
belum dibebaskan.
”Sudah setiap minggu kami keliling waduk
membersihkan patok-patok yang dibuat warga untuk membatasi lahan. Namun
ya seperti itu, warga tetap tidak peduli,” katanya.
Menurut Rusdiyanto, sesuai arahan Jokowi, agar aparat pemerintah tidak bosan menertibkan warga yang membandel.
”Makanya, setiap minggu kami selalu kontrol kawasan waduk,” katanya.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar