Dari hasil analisis Badan Pusat Statistik (BPS), tingginya inflasi di
akhir 2014 tidak lepas dari kebijakan pemerintah menaikkan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM). Namun analisis tersebut dipatahkan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil.
Dia menampik tingginya inflasi tahun lalu karena adanya kenaikan
harga BBM bersubsidi pada November 2014.
Sofyan beralibi, tingginya
inflasi lebih disebabkan buruknya tata niaga logistik nasional.
"Saya tidak tahu tapi di berbagai negara, naik turun minyak yang
tidak disubsidi tidak berpengaruh," ujar Sofyan di kantornya, Kamis
(8/1/2015).
Karena itu Sofyan memilih membenahi tata niaga logistik untuk menekan
inflasi. Pihaknya akan menggandeng Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU) untuk membenahi regulasi sekaligus memangkas rantai spekulan.
Pemerintah juga akan menghapus perusahaan yang melakukan pelanggaran terhadap sistem logistik.
"Ini kita libatkan KPPU, benahi regulasi dan untuk orang yang impor
sampai cuma 500, misalnya dapatnya 1.000 ini harus diblacklist," kata
dia.
Dari sisi distribusi logistik, Pemerintah berjanji mengatur kembali
tarif logistik nasional. Ke depan akan ditentukan tarif batas atas dan
bawah sehingga harga komoditas juga turut terjaga.
"Pemerintah akan tetapkan tarif batas atas dan batas bawah harus main
di situ. Kalau naik, berlaku harga atas, kalau turun tarif bawah. Jadi
stabilitas ekonomi terjaga. Perlu diketahui, Indonesia bandel sekali
inflasi, paling rendah 4 persen, yang ekonominya yang sebaik kita negara
lain, inflasinya lebih rendah, Filipina," pungkas dia. [merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar