Kamis, 07 Agustus 2014

Selamat Tinggal Innova

Gubernur DKI Jakarta yang saat ini telah menjadi presiden RI ke-7, Joko Widodo Jokowi),  menjadi perhatian saat ia menolak menggunakan mobil dinas gubernur Toyota Land Cruiser di awal masa jabatannya. Ia lebih memilih Toyota Innova yang kelasnya jauh di bawah Land Cruiser.
Jokowi mengatakan selain harganya lebih murah, ia merasa lebih nyaman dengan menumpangi mobil Innova daripada Toyota Land Cruiser.
Akhirnya, pemprov DKI menyediakan 1 mobil dinas Toyota Innova untuk dipakainya.
Selama 1 tahun lebih menjabat sebagai gubernur Jakarta, ia selalu menumpangi Toyota Innova berwana hitam dengan nopol B-1124-BH untuk berbagai kegiatan. Toyota Land Cruisernya pun hanya dipakai sesekali saat menghadiri acara penting. Selebihnya, mulai dari bertemu presiden, duta besar hingga blusukan bertemu masyarakat ia selalu menumpangi Innova.
Saat didaulat menjadi calon presiden pun, ia tetap menggunakan mobil sejenis. Ia hanya membedakan warnanya untuk kegiatan politiknya. Bila menjadi gubernur mobilnya berwarna hitam, saat berpolitik ia menggunakan mobil berwarna putih.
Ketua MPR sekaligus politisi senior PDIP, Sidharto Danusubroto pernah sesumbar bila Jokowi jadi presiden, maka mobilnya akan tetap Innova. Benarkah begitu?
Jokowi pribadi belum bisa memastikan apakah masih bisa memilih mobil yang sama sebagai kendaraan dinas kepresidenan.
"Masalah mobil saya belum bisa jawab karena menyangkut masalah keamanan," ujar Jokowi pada wartawan di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakpus, Kamis (7/8/2014).
Status sebagai presiden RI yang sudah menjadi aset negara membuatnya harus pasrah pada sistem pengamanan dari Paspampres termasuk jika mobilnya harus berganti. Jokowi memastikan meski jenis mobil yang ditumpanginya akan berubah, ia ingin masyarakat mengenalnya sebagai presiden Jokowi yang tetap merakyat, senang blusukan dan bercengkrama dengan masyarakat.
"Artinya ya tetap Jokowi. Seperti apa adanya sekarang. Tapi kalau soal mobil itu saya nggak tahu karena terkait pengamanan," ucap Gubernur DKI itu.
Seperti diketahui, kendaraan kepresidenan selain nyaman dan berkelas, juga dilengkapi standar teknis tambahan seperti bodi dan kaca anti peluru, sistem komunikasi berteknologi tinggi, dan sistem pengamanan lainnya.
Pasca kemerdekaan, presiden pertama Indonesia, Soekarno memiliki mobil Buick-8 yang menjadi mobil terbagus di jamannya. Setelah mobil ini, Soekarno berganti mobil menjadi Cadillac 75 dan Chrysler Imperial tipe 38 pemberian raja dari Arab Saudi.
Sejak jaman presiden kedua Soeharto, para presiden di Indonesia menggunakan mobil Mercedes Benz S class sebagai mobil kepresidenannya.
Saat menjabat, Soeharto menumpangi Mercedes Benz 500SEL yang sudah dilengkapi dengan bodi dan kaca anti peluru, dapat menahan ledakan ringan seperti granat serta roda yang tahan peluru dan ranjau.
Mobil ini terus digunakan hingga presiden SBY menjabat di periode pertama. Di tahun 2009, mobil kepresidenan berganti menjadi Mercedes Benz S600 model W221 produksi tahun 2008. Memiliki sistem pengamanan yang sama, mobil ini diperbarui dengan beberapa fitur tambahan.

Mobil Curian untuk Soekarno
Ada cerita menarik soal Presiden Soekarno dan mobil dinasnya yang pertama. Mobil itu ternyata malah curian.
Ceritanya saat itu Republik Indonesia baru diproklamasikan. Tapi belum ada mobil kepresidenan untuk Soekarno. Masa iya, Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia harus jalan kaki kemana-mana?
"Para pengikutku yang setia menganggap sudah seharusnya seorang presiden memiliki sebuah sedan mewah. Karena itu mereka mengusahakannya. Sudiro mengetahui ada sebuah Buick besar muat tujuh orang yang merupakan mobil paling bagus di Jakarta. Dengan gorden di jendela belakang."
"Sayang mobil ini milik Kepala Jawatan Kereta Api, seorang Jepang. Tetapi soal begini tidaklah membuat pusing Sudiro. Tanpa kuketahui, dia pergi mencari mobil itu dan menemukannya sedang diparkir di sebuah garasi," ujar Soekarno dalam biografi 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia' yang ditulis Cindy Adams.
Sudiro yang mengenal supir itu langsung meminta sang supir menyerahkan kunci mobil Buick mewah tersebut. Sopir itu bertanya akan diapakan mobil tersebut.
"Saya bermaksud memberikannya kepada Presiden kita," balas Sudiro.
Sopir muda itu pun mengangguk setuju. Dia menyerahkan kunci mobil majikannya pada Sudiro. Sopir ini pun kemudian disuruh Sudiro pulang kampung agar tidak dicari majikannya.
Mobil sudah ada. Kunci pun sudah ada. Namun masalah belum selesai, Sudiro ternyata tak bisa menyetir mobil. Zaman itu memang sangat sedikit pribumi yang bisa menyetir mobil.
"Hanya beberapa di antara kami yang bisa. Orang pribumi tidak memiliki kendaraan di zaman Belanda dan hanya para pejabat yang diizinkan di zaman Jepang. Syukurlah, dengan pertolongan kawan Sudiro yang lain, seorang sopir pembesar Jepang, akhirnya mobil itu sampai ke rumahnya yang baru, di halaman belakang rumahku," jelas Soekarno jenaka.   [detik,merdeka]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar