Gubernur DKI Jakarta yang saat ini telah menjadi presiden RI ke-7, Joko Widodo Jokowi), menjadi perhatian saat ia menolak menggunakan mobil
dinas gubernur Toyota Land Cruiser di awal masa jabatannya. Ia lebih
memilih Toyota Innova yang kelasnya jauh di bawah Land Cruiser.
Jokowi
mengatakan selain harganya lebih murah, ia merasa lebih nyaman dengan
menumpangi mobil Innova daripada Toyota Land Cruiser.
Akhirnya, pemprov
DKI menyediakan 1 mobil dinas Toyota Innova untuk dipakainya.
Selama
1 tahun lebih menjabat sebagai gubernur Jakarta, ia selalu menumpangi
Toyota Innova berwana hitam dengan nopol B-1124-BH untuk berbagai
kegiatan. Toyota Land Cruisernya pun hanya dipakai sesekali saat
menghadiri acara penting. Selebihnya, mulai dari bertemu presiden, duta
besar hingga blusukan bertemu masyarakat ia selalu menumpangi Innova.
Saat
didaulat menjadi calon presiden pun, ia tetap menggunakan mobil
sejenis. Ia hanya membedakan warnanya untuk kegiatan politiknya. Bila
menjadi gubernur mobilnya berwarna hitam, saat berpolitik ia menggunakan
mobil berwarna putih.
Ketua MPR sekaligus politisi senior PDIP,
Sidharto Danusubroto pernah sesumbar bila Jokowi jadi presiden, maka
mobilnya akan tetap Innova. Benarkah begitu?
Jokowi pribadi belum bisa memastikan apakah masih bisa memilih mobil yang sama sebagai kendaraan dinas kepresidenan.
"Masalah
mobil saya belum bisa jawab karena menyangkut masalah keamanan," ujar
Jokowi pada wartawan di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakpus,
Kamis (7/8/2014).
Status sebagai presiden RI yang sudah menjadi aset negara membuatnya
harus pasrah pada sistem pengamanan dari Paspampres termasuk jika
mobilnya harus berganti. Jokowi memastikan meski jenis mobil yang
ditumpanginya akan berubah, ia ingin masyarakat mengenalnya sebagai
presiden Jokowi yang tetap merakyat, senang blusukan dan bercengkrama
dengan masyarakat.
"Artinya ya tetap Jokowi. Seperti apa adanya
sekarang. Tapi kalau soal mobil itu saya nggak tahu karena terkait
pengamanan," ucap Gubernur DKI itu.
Seperti diketahui, kendaraan
kepresidenan selain nyaman dan berkelas, juga dilengkapi standar teknis
tambahan seperti bodi dan kaca anti peluru, sistem komunikasi
berteknologi tinggi, dan sistem pengamanan lainnya.
Pasca
kemerdekaan, presiden pertama Indonesia, Soekarno memiliki mobil Buick-8
yang menjadi mobil terbagus di jamannya. Setelah mobil ini, Soekarno
berganti mobil menjadi Cadillac 75 dan Chrysler Imperial tipe 38
pemberian raja dari Arab Saudi.
Sejak jaman presiden kedua
Soeharto, para presiden di Indonesia menggunakan mobil Mercedes Benz S
class sebagai mobil kepresidenannya.
Saat menjabat, Soeharto
menumpangi Mercedes Benz 500SEL yang sudah dilengkapi dengan bodi dan
kaca anti peluru, dapat menahan ledakan ringan seperti granat serta roda
yang tahan peluru dan ranjau.
Mobil ini terus digunakan hingga
presiden SBY menjabat di periode pertama. Di tahun 2009, mobil
kepresidenan berganti menjadi Mercedes Benz S600 model W221 produksi
tahun 2008. Memiliki sistem pengamanan yang sama, mobil ini diperbarui
dengan beberapa fitur tambahan.
Mobil Curian untuk Soekarno
Ada cerita menarik soal Presiden Soekarno dan mobil dinasnya yang pertama. Mobil itu ternyata malah curian.
Ceritanya
saat itu Republik Indonesia baru diproklamasikan. Tapi belum ada mobil
kepresidenan untuk Soekarno. Masa iya, Paduka Yang Mulia Presiden
Republik Indonesia harus jalan kaki kemana-mana?
"Para pengikutku
yang setia menganggap sudah seharusnya seorang presiden memiliki sebuah
sedan mewah. Karena itu mereka mengusahakannya. Sudiro mengetahui ada
sebuah Buick besar muat tujuh orang yang merupakan mobil paling bagus di
Jakarta. Dengan gorden di jendela belakang."
"Sayang mobil ini
milik Kepala Jawatan Kereta Api, seorang Jepang. Tetapi soal begini
tidaklah membuat pusing Sudiro. Tanpa kuketahui, dia pergi mencari mobil
itu dan menemukannya sedang diparkir di sebuah garasi," ujar Soekarno
dalam biografi 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia' yang
ditulis Cindy Adams.
Sudiro yang mengenal supir itu langsung
meminta sang supir menyerahkan kunci mobil Buick mewah tersebut. Sopir
itu bertanya akan diapakan mobil tersebut.
"Saya bermaksud memberikannya kepada Presiden kita," balas Sudiro.
Sopir
muda itu pun mengangguk setuju. Dia menyerahkan kunci mobil majikannya
pada Sudiro. Sopir ini pun kemudian disuruh Sudiro pulang kampung agar
tidak dicari majikannya.
Mobil sudah ada. Kunci pun sudah ada.
Namun masalah belum selesai, Sudiro ternyata tak bisa menyetir mobil.
Zaman itu memang sangat sedikit pribumi yang bisa menyetir mobil.
"Hanya
beberapa di antara kami yang bisa. Orang pribumi tidak memiliki
kendaraan di zaman Belanda dan hanya para pejabat yang diizinkan di
zaman Jepang. Syukurlah, dengan pertolongan kawan Sudiro yang lain,
seorang sopir pembesar Jepang, akhirnya mobil itu sampai ke rumahnya
yang baru, di halaman belakang rumahku," jelas Soekarno jenaka. [detik,merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar