Mantan peneliti Indonesia Research Center (IRC), Asep Saepuddin, mengungkapkan permainan di balik survei-survei yang dilakukan lembaga itu. Menurut Asep, untuk menentukan sebuah lembaga survei kredibel atau tidak, perlu dilihat dari jejak rekam dan metodologi yang dipakai lembaga itu.
Asep menuturkan, survei yang dilakukan IRC sering kali ditujukan untuk kepentingan politik tertentu, terutama saat pemilik IRC yakni Hary Tanoesoedibjo terjun ke dunia politik. Saat itu, IRC, sebut Asep, menjadi alat penyokong untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas HT yang maju sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto.
“Survei ini biasa dilakukan untuk dongkrak elektabilitas dan popularitas owner. Kadang dipakai juga untuk pilkada-pilkada, di mana HT di sana ikut meng-endorse sehingga terkesan ada peningkatan kinerja,” ujar Asep kepada Kompas.com, Kamis (10/7/2014) malam.
Salah satu cara yang digunakan untuk mempengaruhi hasil survei, kata Asep, adalah dalam tahap penentuan sampel. Asep menuturkan, jika penelitian dilakukan secara obyektif, penentuan sampel disesuaikan dengan data penduduk dari Badan Pusat Statistik. Namun, yang dilakukan IRC tidak demikian.
“Karena keterbatasan dana, sampling yang seharusnya bersifat probabilistik (acak, tanpa tujuan tertentu) diubah menjadi non-probabilistik (bertujuan tertentu, subyektivitas peneliti),” ujar Asep.
Dia mencontohkan, sampel yang diambil oleh IRC sering kali hanya melibatkan sampel yang terjangkau aksesnya. Selain itu, apabila ditujukan untuk kepentingan politik tertentu, IRC mengambil sampel di basis pendukung tertentu.
“Sehingga, hasilnya pun sesuai dengan keinginan klien. Saya bisa katakan, tingkat kesadaran akan penggunaan metodologi penelitian yang tepat sangat rendah di IRC. Sebagian besar rezim lama di IRC, hanya memikirkan penghematan dana. Bagi peneliti, masalah dana seharusnya nomor sekian, yang terpenting metodologinya benar dan bisa dipertanggungjawabkan,” papar Asep.
Terkait dengan hasil hitung cepat yang berbeda-beda, Asep juga meminta masyarakat untuk kritis. Asep menyarankan agar publik melihat siapa pemilik lembaga-lembaga survei itu dan jejak rekamnya selama ini dalam melakukan survei atau pun hitung cepat.
“Kalau dilihat ke belakang, siapa itu yang keluarkan hasilnya. Saya pernah di Lingkaran Survei Indonesia, saya tahu siapa itu Puskaptis, saya tahu siapa itu CSIS. Jadi bisa secara insting saya baca. Saya pribadi agak kurang percaya MNC Group dan TvOne karena track record lembaga-lembaga survei itu,” ujar dia.
IRC adalah lembaga survei yang digunakan oleh kubu Prabowo-Hatta untuk mengklaim kemenangan. Berdasarkan hasil hitung cepat IRC, Prabowo-Hatta unggul dengan dukungan 51,11 persen dan Jokowi-Jusuf Kalla 48,89 persen. [kompas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar