Kamis, 10 Juli 2014

Saham Bakrie (Milik Ical) dan MNC (Milik Hary Tanoe) Jeblok Dihakimi Pasar

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melaju kencang pasca Pemilihan Presiden (Pilpres). Mayoritas saham unggulan menguat tapi tidak dirasakan oleh saham media grup Bakrie dan grup MNC yang justru jeblok terkulai lemah.
Pada penutupan perdagangan saham kemarin saham PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) yang membawahi beberapa stasiun tv milik grup MNC pimpinan Hary Tanoesoedibjo (HT) turun 170 poin (6,23 persen) ke level 2.560.
Sebaliknya, induk usaha MNCN yaitu PT Global Mediacom Tbk (BMTR) akhirnya terselamatkan di akhir perdagangan dengan kenaikan 15 poin (0,73 persen) ke level 2.065. Di tengah perdagangan, BMTR sempat terkoreksi ke harga 2.010.
Begitu juga saham media milik grup Bakrie yang merupakan induk stasiun TV One dan ANTV yaitu PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) yang turun 18 poin (6,72 persen) ke level 250.
Sebaliknya, saham dari industri media tv lain seperti grup SCTV yaitu PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) nak 125 poin (3,48 persen) ke level 3.720 dan induk SCMA yaitu PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) naik 100 (1,69 persen) ke level 6.000.
Budi Frensidy dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) mengatakan pertumbuhan IHSG sejak sebelum pilpres merupakan indicator bahwa market sudah meyakini pemilu akan berjalan sesuai prediksi dari hasil berbagai survey yang sudah dilakukan.
Faktanya memang tidak jauh dari itu jika melihat hasil hitung cepat (quick count) dari beberapa lembaga survey.
"IHSG itu leading indicator, mendahului perekonomian. Investor mengacu kepada data yang kredible dan tidak terafiliasi dan majority. Jadi lebih mendahului. Pasar memang sudah sejak awal mengira jokowi menang, bahwa indicator akan bagus IHSG sudah naik duluan," ujarnya di sela edukasi tentang Prospek IHSG Pasca Hasil Quick Count Pilpres 2014 di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin.
Terkait dengan penurunan saham media grup Bakrie dan MNC, dosen ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) ini mengatakan, salah satu indicatornya adalah berkolerasi dengan sajian quick count yang bertentangan dengan mayoritas itu.
"Yang sekarang surveinya bertentangan kan dari MNC dan TVOne kan. Iya jadi mereka, berhubungan dengan hasil survey bertentangan. Itu salah satu indicator," ucapnya.
Selain itu, investor memiliki ekspektasi sebaliknya karena kedua institusi itu berkolerasi dengan salah satu pasangan kandidat Presiden dan Wakil Presiden yaitu Prabowo - Hatta.
"Dengan asumsi Prabowo tidak akan jadi, investor siap-siap bisnis MNC dan VIVA tidak akan mendapatkan privilege seperti jika misalnya pasangan terkolerasi itu berhasil menang. Tapi kalau sebaliknya, pasar siap-siap, karena berpotensi dapat privilege," terusnya.
Di luar itu, pasar memang hanya menganggap hasil survey yang disajikan oleh beberapa lembaga dianggap kredibel dan secara jumlah mayoritas. "Lembaga survey quick count yang mereka gunakan berbeda dari yang lain, jadi dianggap tidak kredibel," tambah analis dari AAEI, Andrew Argado, di tempat sama.
Namun Andrew menilai bahwa sifat koreksi terhadap dua saham media itu hanya bersifat sentiment saja dan bisa jadi jangka pendek. Menurutnya, secara fundamental grup MNC masih baik dan berpotensi berbalik arah.
Bursa saham Indonesia sampai dengan kemarin merealisasikan pertumbuhan sebesar 19,27 persen atau tertinggi kedua di bawah bursa India dengan kenaikan 20,79 persen. Bursa saham India melaju kencang pasca beberapa bulan lalu sukses menggelar pemilihan presiden barunya.  [gen]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar