Senin, 30 Juni 2014

Survei Puskaptis: Elektabilitas Jokowi Runtuh

Berdasarkan hasil survei internal kubu Pranbowo, Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), elektabilitas calon Presiden dan calon Wakil Presiden, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, terus menanjak.
Bahkan, pasangan nomor urut satu itu telah unggul dibandingkan pasangan Joko Widodo-Jufuf Kalla.
Menurut Direktur Puskaptis Husin Yazid dalam keterangan pers yang diterima VIVAnews, Senin (30/6/2014), tiga kali survei pada bulan Juni, pasangan Prabowo-Hatta mengungguli Joko Widodo-Kalla. Elektabilitas Joko Widodo hanya unggul pada akhir Mei lalu.
"Dalam survei keempat yang kami gelar sejak 23-27 Juni, elektabilitas
Prabowo mencapai 43,68 persen. Sebaliknya, elektabilitas Jokowi 40,83
persen. Pemilih yang belum menentukan pilihan, tapi akan berpartisipasi (swing voters) yakni 15,49 persen," ujar Husin Yazid.
Husin menuturkan selama empat kali survei, elektabilitas Prabowo terus meningkat setiap minggu. Dia menyebutkan dalam survei pertama yang diadakan oleh Puskaptis pada 20-25 Mei, elektabilitas Prabowo hanya 39,28 persen dan Jokowi mencapai 44,72 persen.
Kemudian, dalam survei kedua yang diselenggarakan pada 6-12 Juni, elektabilitas Prabowo meningkat mencapai 44,64 persen mengalahkan elektabilitas Jokowi  yang anjlok menjadi 42,97 persen.
Selanjutnya, dalam survei ketiga pada 16-21 Juni, elektabilitas Prabowo kembali naik menjadi 45,60 persen mengalahkan elektabilitas Jokowi yang tertatih-tatih di angka 43,21 persen dan swing voters mencapai 11,19 persen.
"Berdasarkan survei ini, Prabowo melaju signifikan secara konsekuen pada fase tren positif (naik). Sementara Jokowi cenderung menurun masuk fase tren negatif (turun). Hasil ini harus menjadi perhatian tim sukses. Walaupun Prabowo unggul namun sangat tipis. Sementara waktu pilpres semakin dekat," kata Husin.
Kata Husin, yang menjadi penyumbang suara terbesar untuk Prabowo tersebar di empat wilayah yakni, Sumatera, Jawa, Bali, NTT dan Kalimantan. Sedangkan Jokowi diharapkan meraup suara terbanyak di Sulawesi, Papua dan Maluku.
Menurut Husin, untuk catatan, pemilih di Jawa dan Sumatera mencapai 59 persen dan 21 persen dari seluruh pemilih pilres. Pulau Jawa merupakan titik tumpu kantong-kantong pemenangan dalam pilpres.
"Pendukung Prabowo di Pulau Jawa mengalami kenaikan signifikan secara linier menyentuh titik 45,40 persen. Sebaliknya, Jokowi mengalami penurunan yang signifikan secara deras sampai ke titik 39,80 persen," katanya.
Survei ini diadakan berdasarkan data-data kuantitatif dan kualitatif yang bersumber dari pendapat masyarakat dengan instrumen survei. Populasi survei yakni, WNI di 33 provinsi, 115 kabupaten/ kota yang punya hak pilih pada 9 Juli 2014 yang diambil secara proporsional pada tingkat provinsi.
Penentuan responden dilakukan secara random sistematis dengan sampel 2.400 responden, dengan sampling error + 1,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Penarikan sampel dilakukan dengan metode Multistage Random Sampling. Responden yang terpilih diwawancarai lewat tatap muka (face to face interview) oleh pewawancara yang telah dilatih.
Setiap pewawancara bertugas untuk satu kelurahan yang hanya terdiri dari 10 responden. Quality Control terhadap hasil survei dilakukan secara acak sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor melalui spotcheck di lapangan.   [vivanews, media milik kelompok Bakrie]

1 komentar:

  1. Data survei hanyalah kalkulasi statistik perkiraan yang didasarkan pada sejumlah responden yang (tidak su'u zhon) bisa saja sudah diatur,/atau teratur/ berdasarkan pesanan/kebetulan sehingga hasilnya dapat dimanipulasi/terkonklusi. Yang utama adalah fakta sesungguhnya di lapangan secara keseluruhan (semua voters) bukan hanya terbatas pada responden survei bukan hanya saat lalu dan sekarang tetapi juga nanti. Secara pribadi saya tidak terlalu merisaukan hasil survey yang dilakukan (mungkin karena orientasi saya selama ini adalah keberkahan bukan pemenangan). Satu hal yang mungkin kita lupakan adalah validitas representasi dari populasi yang dilakukan apakah memang authentic adanya atau sekedar manipulative. Fihak Jokowi – JK sebagian besar adalah relawan bukan bayaran ditambah dengan koalisi kekuatan partai yang ramping memang akan kuat nantinya karena relative bersih dari transaksi koruptif) namun pada saat ini harus diakui tidak sekuat fihak Prabowo – Hatta sehingga harus diakui sangat minim dari segi kekuatan pendanaan untuk mengkampanyekan keberadaannya apalagi untuk agresi pembanggaan elektabilitas. Walau saya lebih suka kepastian daripada sekedar persepsi keyakinan dalam memandang kebenaran atas kenyataan yang sesungguhnya namun demikian kita juga perlu memperhatikan kemungkinan memang demikian adanya. Orientasi hidup adalah pemberdayaan. Jika saat ini turun itulah waktu kita harus terbuka untuk memperbaiki diri, jika saat ini naik inilah saat kita tetap terjaga untuk meningkatkan diri lagi.
    Jangan berputus asa – teruslah beusaha. Sebetulnya QS 12: 87 saya tujukan kepada mereka yang sejak semula panic mencari-cari cara menegakkan diri dengan menjatuhkan lawan dengan penghalalan aneka cara (kampanye hitam dan negative) namun virus ‘kekafiran/kefasikan’ tampaknya menular ke fihak sini juga untuk ikut-ikutan. Kembalilah sederhana, sembada dan prasaja lagi. Yang utama terus bertindak dengan benar demi keberkahanNya dan insya Allooh kesuksesan akan mengikutinya. Ada dua kekuatan lain yang bahkan lebih besar namun belum bekerja secara nyata selama ini selain kekuatan mesin partai dan responden pendukung yang kalian dan mereka kalkulasikan, yaitu : kesadaran rakyat (terutama swing voters yang tidak terjangkau statistic dan justru populasi terbesar di luar lingkaran kepentingan politik di negeri ini) dan terutama Kuasa keIlahian (jangan pernah lupakan ini – QS 59: 18 – 20) .
    Di bulan suci Ramadhan ini segalanya bisa saja terjadi dimana dengan keShabaran kekuatan yang lemah namun direstui bumi (rakyat) dan diridhoi olehNya akan menjadi kuat dan semoga bukan sebaliknya. (QS 2: 249 atau QS 3: 127 ?). Yang penting bukan bagaimana awalnya kita tetapi bagaimana akhirnya nanti. Orientasikan diri dengan mementingkan kebenaran demi perjuangan/ keberkahanNya (hingga 2019 nanti) dan jangan cemaskan diri dengan membenarkan kepentingan memenangkan/mengalahkan (pilpres tahun 2014 ini). Jujur saja saya lebih cemas jika kita tidak istiqomah hingga tahun 2019 nanti daripada keikhlasan mengalah di tahun 2014 ini karena Tuhan pastilah menginginkan kita semua sebagai bangsa untuk bersegera memberdayakan diri sebagaimana harusnya ketimbang menunda memperdayakan diri seperti sebelumnya (QS 13: 11). Transformasi perbaikan, Transparansi keterbukaan dan Transendensi keberkahan sudah seharusnya tegak secara haq di negeri ini.
    Salam 2 jari – bangkitlah lagi menguatkan diri. Bukan hanya demi keinginan kita untuk memperbaiki diri dan mengusahakan kemajuan negeri ini tetapi juga demi kebaikan mereka untuk tidak menzalimi diri sendiri dan bangsanya nanti.

    BalasHapus