Senin, 30 Juni 2014

Nusron: Fahri Bahlul Bin Sontoloyo

Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid angkat bicara terkait komentar Anggota Tim Sukses Prabowo-Hatta, Fahri Hamzah yang menganggap Jokowi 'sinting'. Hal ini karena gagasan Jokowi akan menjadikan 1 Muharram sebagai Hari Santri Nasional.
"Fahri itu orang tidak tahu dan memahami sejarah Islam," kata Nusron kepada wartawan, Senin (30/6/2014).Menurut Nusron, 1 Muharram itu merupakan hari sakral karena merupakan momentum hijrah. Nusron menambahkan, tahun Hijrah bukan hanya dimaknai simbolik dari Makkah menuju Madinah, tetapi juga revolusi mental bagian dari substansi hijrah.
"Hijrah dari pemerintahan yang korup menuju pemerintahan yang bersih. Termasuk hijrah menuju akhlakul karimah," ujarnya.
Nusron menjelaskan, usulan para kiai dan santri yang diamini Jokowi, yang akan menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri itu merupakan momentum hijrah menuju akhlakul karimah bangsa Indonesia yang dipelopori para santri.
"Sebagaimana dulu para santri-nya mbah Hasyim Asy'ari memelopori perang melawan sekutu pada 10 November, kemudian dijadikan sebagai hari pahlawan," jelas Nusron.
"Kalau gagasan itu dianggap sinting, berarti yang menganggap sinting, berarti bahlul dan sontoloyo. Dan tidak bisa memaknai hijrah dalam kontek santri di Indonesia," sindirnya.
Bagi Nusron, Jokowi justru lebih baik karena menebar kebaikan-kebaikan yang sifatnya inspiratif seperti hari santri, Hari Inovasi Nasional, Hari Buruh dan sebagainya daripada menebar janji kekuasaan dan kursi menteri kepada semua pendukungnya.
"Lagian dengan memberikan hari itu apakah mengganggu produktivitas bangsa Indonesia. Saya kira lebih banyak manfaatnya dari pada mudharatnya," jelas Nusron.
"Fahri adalah teman dan sahabatnya saya. Cuma karena ide ini dilontarkan Jokowi calon presiden yang tidak dia dukung, mungkin saja dia sewot dan jeales. Janganlah di bulan puasa menilai gagasan orang dengan kebencian. Lebih baik banyak ngaji di bulan puasa," tandasnya.   [merdeka]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar