Calon presiden (capres) dari PDIP Joko Widodo (Jokowi), dinilai
punya kans paling besar memenangi kontestasi. Harapan pun mencuat,
Jokowi bila terpilih nanti, bisa membentuk kabinet zaken
(berisi orang-orang yang profesional/ahli). Sehingga harapannya,
cita-cita "Indonesia Hebat" bisa diwujudkan. Karena itu, sebaiknya
pemerintahan Jokowi nanti, diisi oleh orang-orang muda (tua tapi disebut muda atau benar-benar muda?).
"Sebaiknya pemerintahan Jokowi diisi oleh banyak orang-orang muda
saja. Mulai dari wapres dan para menterinya. Di bawah usia 55 tahun
kalau bisa," kata Direktur Point Indonesia Karel Susetyo, di Jakarta,
Sabtu (17/5/2014).
Hingga sekarang, siapa calon wakil presiden bagi Joko Widodo, masih
teka-teki. Meski beberapa nama mencuat, seperti Jusuf Kalla, Mahfud MD,
Abraham Samad, dan Ryamizard Ryacudu. Belakang, muncul nama Akbar
Tandjung, yang diusulkan Dewan Pertimbangan Golkar, Moeldoko, Budiman,
dan Jimly Asshiddiqie. Menurut Karel, hendaknya cawapres Jokowi, adalah
orang atau tokoh yang "bersih".
Tokoh yang bersih, kata Karel, adalah tokoh yang relatif tak punya
beban masa lalu. Atau sosok yang tak punya kepentingan, misal dengan
kepentingan bisnis atau politik. Bila Jokowi, bisa diduetkan dengan
orang yang jejak rekamnya bersih, Karel yakin cita-cita mewujudkan
Indonesia Hebat, bakal bisa direalisasikan.
"Harus dipilih cawapres yang bersih dari kepentingan," kata Karel.
Saat ini, kata dia, JK mencuat kuat ke permukaan dan disebut-sebut
kandidat yang paling punya kans besar mendampingi Jokowi. Tetapi,
menurut Karel, mantan Wakil Presiden itu, bukan pasangan yang tepat,
meski bisa dibilang yang terbaik.
"JK jauh lebih senior dari Jokowi. Usianya bahkan lebih tua dari Mega," kata dia.
Dalam pandangan Karel, sisi senioritas ini akan membuat Jokowi
sungkan dalam bekerja dengan JK. Akibatnya, kemudian JK bisa mendominasi
jalannya pemerintahan, sebagaimana pernah terjadi pada era duet SBY-JK.
"Dari sisi lain, latar belakang JK sebagai pengusaha jelas akan
terjadi konflik kepentingan sebagai wapres," kata dia. Kemampuan
manuvernya, kata dia, bisa menempatkan Jokowi dalam posisi yang sulit
nantinya.
Karel menambahkan, salah besar kalau pasangan Jokowi-JK dianalogikan
seperti pasangan Obama-Biden di Amerika. Karena Biden adalah seorang
politisi tulen yang kawakan. Sedangkan JK adalah pengusaha yang
berpolitik. [beritasatu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar