Elektabilitas calon presiden (capres) PDI Perjuangan (PDIP) Joko Widodo alias Jokowi berpotensi turun jika berduet dengan politisi senior Partai Golkar, Jusuf Kalla. Pasalnya, sosok JK adalah antitesis dari dua hal kontroversial dalam pemilu presiden (pilpres) 2014 yakni regenerasi dan anti Orde Baru (Orba).
"Di survei awal, elektabilitas Jokowi-JK tinggi, namun potensi untuk turun pun sangat besar karena JK kartu mati untuk dua tema penting kampanye tadi," kata Pengamat Politik Universitas Indonesia (UI) Agung Suprio kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (17/5/2014).
Menurut Agung, hasil survei yang menyebutkan tingginya elektabilitas Jokowi-JK tidak dapat dijadikan acuan duet pemimpin tersebut akan memenangi pilpres bulan Juli mendatang.
Alasannya, perilaku pemilih mudah berubah yang sangat tergantung dari isu kampanye.
Bahkan swing voters jumlahnya lebih besar daripada pemilih yang sudah menetapkan pilihannya.
"Jika dibandingkan ketika Jokowi memenangkan pilgub DKI, elektabilitas Jokowi-Ahok sangat rendah pada survei awal namun karena figur mereka sangat mudah dieksploitasi untuk citra yg positif maka elektabilitas mereka meroket cepat," papar Agung.
Jika ingin memenangkan pilpres 2014, PDIP dan mitra koalisinya disarankan untuk memilih cawapres yang figurnya ramah terhadap tema-tema populer. Ketua DPP PDIP Puan Maharani dinilai sebagai figur yang lebih tepat karena merepresentasikan karakter perempuan, muda, dan tegas.
"Puan Maharani perlu dipertimbangkan sebagai cawapres karena masuk dalam kriteria yang menjual, menyasar suara pemilih perempuan, dan dapat menjadi magnet bagi pemilih yang masih ingin melihat trah Soekarno berkuasa," tandasnya. [dil/jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar