Hasil survei Pol-Tracking Institute yang melibatkan 330 profesor dari
33 provinsi di Indonesia sebagai tim penilai, menempatkan Jusuf Kalla
sebagai tokoh dengan kualitas dan kompetensi personal terbaik. Jusuf
Kalla mendapat skor total 7,70, disusul Joko Widodo (Jokowi) 7,66 dan
Mahfud MD di tempat ketiga dengan skor 7,55.
Survei pakar yang berlangsung dari Februari-Maret 2014 itu menilai 35
kandidat capres-cawapres berdasarkan tujuh aspek dimensi, yakni
integritas, visi dan gagasan, leadership dan keberanian
mengambil keputusan.
Kemudian kompetensi dan kapabilitas, pengalaman dan
prestasi kepemimpinan, kemampuan memimpin pemerintah dan negara, serta
kemampuan memimpin koalisi parpol di pemerintahan.
"Untuk skor total penilaian dari tujuh aspek itu terdapat 25 tokoh
yang nilai ketercukupannya di atas 6. Peringkat pertama Jusuf Kalla
(7,70) beda tipis dengan Joko Widodo (7,66)," kata Direktur Eksekutif
Pol-Tracking Institute, Hanta Yuda dalam survei "Mengukur Kualitas
Personal Para Kandidat Capres-Cawapres 2014" di Jakarta, Minggu (23/3).
Di posisi berikutnya diisi mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud
MD (7,55), Ketua Umum Partai Hanura Wiranto (7,09), Ketua Dewan
Pertimbangan Partai Gerindra Prabowo Subianto (7,08).
Posisi selanjutnya ditempati Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan (6,97),
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (6,84), Ketua Umum Partai Nasdem
Surya Paloh (6,81), Ketua Dewan Syuro Partai Bulan Bintang Yusril Ihza
Mahendra (6,72), Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (6,70), Wakil
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (6,69), Anies Baswedan
(6,61). Ketua Umum PAN Hatta Rajasa (6,56), Akbar Tanjung (6,39),
Megawati Soekarnoputri (6,39), Hidayat Nur Wahid (6,33), Gita Wirjawan
(6,18), Marzuki Alie (6,18), Syahrul Yasin Limpo (6,16), Sutiyoso
(6,15), Endriartono Sutarto (6,09), Isran Noor (6,07), Suryadharma Ali
(6,06), Pramono Edhie Wibowo (6,04), dan Hary Tanoesudibjo (6,00).
Survei ini melibatkan juri penilai yang terdiri dari 330 guru besar
yang tersebar dari seluruh provinsi di Indonesia. Mereka tidak hanya
pakar ilmu politik, tetapi juga pakar di bidang lainnya, seperti
ekonomi, pertanian, hukum, dan manajemen. Para guru besar itu, antara
lain Amat Mukhaddis (ITS), Darawati Hari (UI), Asep warlan Yusuf
(UNPAR), Asep Kartiwa (UNPAD), Muhajir Utomo (Universitas Lampung), Andi
Imakesuma (Universitas Negeri Makassar). Admin Alif (Universitas
Andalas), Daniel Saaludin (Universitas Jambi), Sandi Maryanto
(Universitas Muhammadiyah Kupang), Ali Rahmanu (Universitas Haluoleo),
Danes Jaya Negara (Universitas Palangkaraya).
Lebih jauh dikatakan Hanta, survei pakar dilakukan berdasarkan
keinginan pemilih. Merujuk pada survei terdahulu pada Desember 2013,
sebanyak 45,95 persen pemilih membutuhkan informasi tentang kemampuan
menyelesaikan masalah. Publik juga membutuhkan informasi mengenai visi,
misi, dan program kerja yang ditawarkan calon presiden dan wakil
presiden (37,6 persen).
Lebih lanjut dikatakan, konteks visi-misi dan gagasan serta latar
belakang kandidiat menjadikan riset pakar diadakan. Karena ditambahkan,
selama ini publik secara luas tidak banyak memberikan tempat bagi
kandidat pada aspek kapasitas, kapabilitas, dan kualitas personal.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar