Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto menyatakan dia sudah tidak lagi mendukung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Sebelumnya, Prijanto yang memiliki hubungan tidak baik dengan gubernur saat itu, Fauzi Bowo, habis-habisan mendukung pasangan calon Jokowi-Basuki menjadi gubernur dan wakil gubernur mengalahkan Fauzi-Nachrowi Ramli dalam Pilkada 2012.
"Semuanya bisa saja terjadi dan berubah. Sekarang saya berseberangan dengan Jokowi-Ahok (Basuki)," kata Prijanto ditemui di kediamannya di Otista, Jakarta, Minggu (9/3/2014).
Menurut Prijanto, saat Pilkada DKI terdahulu, Jokowi-Basuki sering menyambangi kediamannya. Mereka sering berkonsultasi dan bercerita mengenai permasalahan ibu kota.
Prijanto mendukung Jokowi-Basuki saat itu karena ia meyakini mereka berdua mampu memberantas korupsi. Terutama korupsi di tubuh Pemprov DKI Jakarta.
Namun menurut dia, pemikirannya itu meleset. Prijanto menceritakan, dia sering melaporkan indikasi korupsi pengadaan Stadion BMW kepada Jokowi-Basuki, tetapi tidak mendapat respons dari pihak terkait.
Hal itu pula yang membuat Prijanto lebih memilih melaporkan kasus tersebut kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) daripada Jokowi-Basuki. Seharusnya Pemprov DKI dapat bertindak, terlebih Jokowi-Basuki berkeinginan membuat stadion untuk Persija Jakarta.
"Yang paling bikin saya kesal, saat saya lapor Stadion BMW ke Ahok. Dia malah bilang, 'Dulu pas Pak Prijanto menjabat sebagai wagub, ke mana saja kok diam saja soal masalah BMW?'" kata Prijanto menjelaskan.
Prijanto juga kecewa karena Basuki yang melontarkan istilah "di-Prijanto-kan". Menurut Prijanto, pernyataan Basuki "di-Prijanto-kan" berarti seorang wakil gubernur yang sudah tidak sejalan dengan gubernurnya dan tidak bekerja untuk rakyat. Siapa pun yang membaca berita tersebut, kata dia, pasti memiliki konotasi negatif.
Beberapa waktu lalu, Wagub Basuki mengaku pasrah jika Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo maju menjadi capres. Dia hanya berharap akan mendapat jodoh wakil gubernur yang cocok dengannya dan sama-sama bekerja untuk rakyat. Jika tidak, Basuki akan "mem-Prijanto-kan" wakil gubernurnya.
"Berarti dia sudah menganggap dirinya seperti Fauzi Bowo dan wakilnya dari PDI-P harus 'di-Prijanto-kan', ini kan gila," kata purnawirawan TNI-AD itu.
Prijanto berpendapat, tidak ada masalah jika Basuki berambisi menjadi gubernur. Apalagi amanat konstitusi mengatakan jika Jokowi mengundurkan diri maka ia otomatis menjadi gubernur. Namun, Prijanto mengingatkan bahwa Basuki harus paham syarat-syarat menjadi pemimpin.
Menjadi seorang gubernur harus memiliki 5K, yakni karakter, kapabilitas, kapasitas, kredibilitas, dan kepemimpinan. Lebih lanjut, jika nantinya Basuki benar-benar menjadi gubernur, jangan sampai ia mendominasi dalam memimpin sebuah ibu kota.
Ia pun menganalogikan roda pemerintahan dengan gado-gado yang terdiri dari berbagai ramuan. Menurut Prijanto, jika di dalam gado-gado ada salah satu ramuan yang mendominasi, maka cita rasa yang diciptakan tidak akan nikmat.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar