Ratusan mahasiswa langsung meneriaki nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini (Risma) saat keduanya memasuki ruang seminar di Gedung Perpustakaan lantai 5 Universitas Surabaya (Ubaya), Sabtu (1/3/2014).
"Pak Jokowi, Pak Jokowiii," teriak ratusan mahasiswa disambut teriakan untuk Wali Kota Surabaya, "Bu Rismaaaa," sebelum kuliah umum bertajuk 'Memperkokoh Kebhinnekatunggalikaan Indonesia: Dari Primordial ke Sipil - Politik' dimulai.
Jokowi datang bersama rombongan Ketua DPP PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk menjadi pembicara dalam kuliah umum bertajuk 'Memperkokoh Kebhinekatunggalikaan Indonesia: Dari Primordial ke Sipil-Politik'. Keduanya didampingi Risma dan Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana yang berangkat dalam satu mobil. Rombongan datang di depan halaman Gedung Perpustakaan sekitar pukul 13.11 WIB langsung disambut Rektor Ubaya Joniarto Parung PHD. M.M. B.A.T. Sekitar 15 menit rombongan diajak menyantap jamuan makan siang, setelah itu keempatnya langsung naik ke lantai 5 yang sudah dipenuhi sekitar 500 mahasiswa Ubaya untuk menanti kuliah umum sejak pukul 12.00 WIB.
Megawati mengenakan kebaya hijau gelap, Jokowi dengan atasan kemeja putihnya, Risma memakai batik coklat dan Whisnu berpakaian santai kemeja gelap bermotif kotak-kotak. Megawati duduk diantara Jokowi dan Risma, sementara Whisnu duduk disamping mantan Rektor Ubaya Anton Priyatno setelah Risma.
Dalam kuliah umum tersebut, Jokowi menyampaikan bahwa menjadi pemimpin harus tahu persis kehidupan rakyatnya, sehingga aksi blusukan di Jakarta yang dilakukan selama ini bukan untuk pencitraan."Banyak orang bilang, tiap hari saya hanya blusukan, apa sih sebetulnya? Ada yang bilang pencitraan. Pencintraan dari mana, TV saya nggak punya, Bu Mega juga nggak punya. Koran juga nggak punya," kata Jokowi dalam kuliah umum bertemakan Memperkokoh Kebhineka Tunggal Ikaan - dari Primodial ke Sipil-Politik.
Menurut Jokowi, melakukan rapat di kantor cukup 1-2 jam untuk koordinasi dengan jajaran. Sisa waktu yang banyak tersebut lebih tepat digunakan untuk mempelajari permasalahan rakyat dan menemukan solusinya.
"Bagaimana seorang pemimpin tahu kehidupan rakyatnya kalau cuma duduk di kantor, tidak pernah bersentuhan dengan rakyat, problem di lapangan seperti apa dan bagaimana solusinya," imbuh Jokowi.
Jokowi juga mengungkapkan kebijakan-kebijakan yang sudah dilakukan pemerintah DKI Jakarta terhadap rakyatnya, seperti membuat kartu sehat, penataan waduk Ria-rio, dan berbagai macam kebijakan yang berdampak pada masyarakat secara langsung.
"Di Jakarta saya lakukan dengan musyawarah atau dialog agar ketemu solusinya," katanya.
Beda Jokowi-Ahok
Selain Hal tersebut, Jokowi juga menceriterakan tentang perbedaannya dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaj Purnama (Ahok).
Perbedaan pertama antara dirinya dengan Ahok yaitu dari sikap saat menghadapi pegawai negeri sipil (PNS) di jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
“Kalo Ahok melihat PNS DKI Jakarta yang kerjanya tidak benar langsung marah berteriak-teriak dan besoknya langsung dipecat.
Tetapi kalau saya tidak pernah marah, tetapi (PNS) nya besoknya hilang,” ujarnya yang saat memberikan kuliah tamu di depan Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya), Surabaya, Jawa Timur, dengan tema 'Memperkokoh Kebhinnekatunggalikaan Indonesia: Dari Primordial ke Sipil-Politik', Sabtu (1/3/2014).
Sementara itu, kata Jokowi, perbedaan kedua yaitu kebiasaan makan pagi. Ia menyebutkan, Ahok merasa bingung jika hingga pukul 12.00 WIB belum makan pagi. Sementara Jokowi tidak merasakan hal yang sama. Ia menyebutkan kalau dirinya memang tidak biasa sarapan.
“Saya biasa tidak makan pagi. Saya memang biasa makan hingga pukul 14.00 WIB atau pukul 16.00 WIB,” ujarnya.
Dalam kuliah umum tersebut juga diisi oleh Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sebagai pembicara. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pun turut mendampingi Megawati dan Jokowi selama berada di Surabaya.
Sumber :
- republika.co
- bisnis.com
- beritajatim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar