Kelurahan di Jaman Foke dan jaman Joko Widodo (Jokowi) bah bumi dan langit. Jaman Foke tempat pelayanan warga amburadul, petugas malas-malasan dan jangan tanya lagi waktu pelayanannya luuuuama buuuuuuuuuanget, kecuali ada "itu-itu" di bawah meja petugas atau terselip di dalam map..
Jaman berlalu, semenjak Jokowi menanklukkan Foke, kelurahan nampak berbenah diri, tempat layanan warga bersih nyaris bergaya bank, petugas yang biasa baca koran sudah tak tampak (mungkin sekarang baca korannya di dalam ruangan atau di toilet), dan paling istemewa pakai telur adalah pelayanannya, siuper cepat!
Berikut cerita detikcom:
Ada yang tampak berbeda di kantor kelurahan Pejaten Timur, Jakarta
Selatan. Begitu membuka pintu utama, tampak ruangan seukuran 5x7 meter.
Sebelah kiri dari pintu masuk, ada ruangan e-KTP.
Di sebelahnya sebuah ruangan yang masih kosong. Lalu di ujung ruangan ada bagian Pelayanan Terpadu.
Ruangan
bercat krem itu terasa sejuk, kontras dengan teriknya Jakarta, Selasa
(1/10/2013) pekan lalu. Desain interiornya lebih mirip di kantor-kantor bank.
Sebuah televisi layar datar diletakkan di atas kabinet, tak
jauh dari deretan 20 bangku besi untuk pengunjung. Di belakang bangku
itu, ada sebuah akuarium.
Sekitar lima warga duduk sebentar di
kursi besi. Satu per satu mereka dipanggil Sunarti, Kepala Seksi
Pelayanan Umum. Dia tampak lincah menandatangai surat-surat seperti
SKCK, Surat Nikah, Surat Keterangan Tidak Mampu dan banyak lagi.
Seorang
wanita paruh baya berjilbab colkat mendekat, lalu duduk di salah satu
bangku di deretan terdepan. Sesekali ia melirik Ari, 38 tahun, anaknya
yang keluar masuk ruangan e-KTP. Ari melambaikan tangan memanggil ibunya
untuk berfoto di dalam ruangan. Lima menit kemudian mereka sudah
keluar.
“Ini lagi mau urus E-KTP ibu saya, tadi enggak sampai
sejam. Sekarang semua pelayanan memang serba cepat, enggak lama-lama,”
kata Ari, warga di jalan Masjid Baru, RW 1.
Ibunya pun menimpali. “Saya senang juga karena sekarang bangunannya
sudah lebih bersih dan luas,” kata wanita yang sudah 20 tahun tinggal di
Pejaten Timur itu.
Meinar Farina, 43 tahun, warga RT 4 RW 10
pun melontarkan ucapan senada. Dia baru saja mengurus surat keterangan
tidak mampu untuk keperluan Surat Jakarta Pintar. Tak sampai setengah
jam urusannya sudah kelar.
Pelayanan tak jauh beda terlihat di
kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Suryani (43 tahun) warga RT 14
RW 03 kelurahan Lenteng Agung mengaku puas dengan pelayanan birokrasi
pemerintahan saat ini.
Meski saat itu harus menunggu satu jam,
Suryani tidak mempermasalahkannya. Apalagi semua pengurusan di kantor
kelurahan saat ini gratis alias tidak dipungut biaya.
“Kalau
lurah dulu mah gak tegas sama pegawai yang mintain duit. Tanda tangan
lama. Sekali beres minta duit dua puluh ribu,” kata Suryani, Rabu (2/10/2013) pekan lalu di kantor kelurahan Lenteng Agung.
Sulaeman
(39 tahun) warga RT 04 RW 05, Lenteng Agung bahkan membandingkan
pelayanan birokrasi sebelum dan sesudah dilakukan lelang jabatan oleh
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).
Menurut dia setelah
dilakukan lelang jabatan, ada perubahan dalam sistem pelayanan
masyarakat. Tidak seperti sistem pelayanan pada lurah sebelumnya yang
sering ngaret dan kaku. Petugas kelurahan pun sudah terlihat malu kalau
tidak bekerja.
Sebelumnya, ia sering melihat petugas hanya membaca koran atau sekadar
tukang stempel tapi bayar. Kadang menurutnya lurah yang lama sering
menghilang di atas jam sebelas siang.
“Kalau ngurus di atas jam
situ jawaban petugas paling besok ya soalnya lurah lagi keluar ada
rapat. Atau enggak tinggal saja dulu berkasnya,” ujarnya.
Sejumlah
warga yang ditemui detikcom mengaku selama satu tahun kepemimpinan
Jokowi-Ahok terjadi perubahan besar dalam proses pelayanan publik.
Masyarakat tak lagi sungkan datang ke kantor kelurahan untuk mengurus
administrasi.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar