Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) identik dengan penataan
pedagang kaki lima (PKL) yang selalu ada di setiap kota. Sejak menjabat
sebagai Wali Kota Surakarta selama tujuh tahun, ribuan PKL di kota itu
dipindahkan atau direlokasi hingga pedagang tetap dapat berjualan.
Di Jakarta hal yang sama dilakukan Jokowi, ribuan PKL yang biasa beroperasi dengan memanfaatkan
bahu jalan sehingga menyebabkan kemacetan dan kesemrawutan seperti di
Tanah Abang, Jakarta Pusat, berhasil direlokasi ke Blok G. Hasilnya,
Tanah Abang kini tampak lebih rapi dan PKL tetap bisa berdagang mencari
nafkah.
Namun, hal yang berbeda dirasakan para PKL di Jalan
Ciliman, Cikini, Jakarta Pusat. Para PKL yang telah puluhan tahun
berdagang di tempat ini akan digusur aparat kelurahan dan kecamatan
setempat tanpa tempat relokasi yang jelas.
Sedikitnya terdapat 20
PKL di Jalan Ciliman. Seluruh PKL di sini umumnya menjajakan makanan
seperti soto, warung tegal, bakso maupun lainnya dengan konsumen para
karyawan kantor yang ada di daerah tersebut. Kawasan PKL Jalan Ciliman
selalu ramai pada jam makan siang karena para karyawan menyerbu tempat tersebut.
Bagi Musligo, 41 tahun, PKL di Cilman, kabar penggusuran
tersebut mengejutkan dirinya. Ia dan para pedagang lain mendadak
dipanggil wakil camat Menteng dan lurah Cikini. Pada pertemuan itu, para
PKL diberitahu agar mengosongkan kawasan tersebut pada 4 November
mendatang.
"Kita minta waktu dua bulan tapi gak dikasih," kata Musligo, Jumat (11/10/2013).
Namun, lanjutnya, ia dan para pedagang
lainnya hanya diperintahkan mengosongkan kawasan tersebut tanpa
diberitahu akan dipindahkan ke mana sebagai tempat yang baru untuk para
pedagang mencari nafkah.
"Yang penting tanggal 4 itu harus udah pindah,"
ujar bapak tiga anak yang berjualan soto ini kebingungan.
Pria yang telah 15 tahun berdagang di Ciliman ini menjelaskan, pada
pertemuan tersebut pihak kecamatan dan kelurahan beralasan tempat
tersebut harus segera dibersihkan dari PKL sebab akan dibuat untuk
saluran air.
"Kalau masalah itu kan sebenarnya kita bisa ikut bantu
bersihin, gak harus digusur," kata Musligo.
Musligo dan teman-teman
PKL menduga Jokowi belum mengetahui
ihwal penggusuran tersebut, hanya kebijakan dari pihak kecamatan dan
kelurahan. Musligo meyakini Jokowi selalu memberi tempat alternatif bagi
PKL untuk berjualan.
"Kayaknya Jokowi gak tahu (penggusuran).
Kalau dia kan pasti ngasih tempat baru, kayak PKL Tanah Abang itu. Sama
Jokowi kan PKL gak dibuang gitu aja, tapi dikasih solusi," tegasnya.
Kadir,
40 tahun, rekan Musligo berharap Jokowi selaku orang nomor satu di
Jakarta mau mendengar keluhan mereka agar dapat terhindar dari rencana
penggusuran tanpa solusi.
"Tolong sampaikan ke Pak Jokowi, jangan
digusur, kalau tetap digusur, boleh, tapi ada solusinya. Orang kecil
jangan dipinggirkan gitu aja, kami bersedia
lapak dibongkar tapi setelah itu dibolehkan lagi jualan pakai gerobak."kata Kadir.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar