Gaya kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang
gemar turun langsung ke masyarakat ternyata berpengaruh besar pada
psikologis warga saat melakukan penertiban. Bagi Kepala Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) DKI Kukuh Hadisantoso, blusukan Jokowi itu
sangat membantu tugas Satpol PP di lapangan.
"Sangat
berpengaruh. Rakyat itu kalau didatangi pemimpinnya jadi senang, yang
tadinya ingin marah jadi tidak marah," kata Kukuh yang ditemui detikcom,
Jumat pekan lalu. "Itulah kelebihannya Pak Jokowi," ucapnya meneruskan.
Bahkan
Kukuh menyebut Jokowi sudah mengurangi bebannya saat melakukan
penertiban pedagang kaki lima atau permukiman liar. "Ibaratnya 50 persen
sudah diambil alih Pak Jokowi," ujar Kukuh. Masyarakat, kata dia, juga
menjadi tenang dan senang sehingga jadinya tidak sulit. "Memang pemimpin
harusnya begitu."
Pun dengan para anggota Satpol PP sendiri.
Jokowi juga membawa pengaruh besar terhadap psikologis mereka. Kukuh
menuturkan dengan sering datang blusukan Jokowi melihat apakah misalnya
di Tanah Abang ada Satpol PP atau tidak. Jadi mau tak mau aparat Satpol
PP tetap siap siaga. "Dia kan suka keliling juga, berapa kali datang ke
Tanah Abang malam-malam," kata Kukuh.
Dengan begitu, otomatis
Kukuh juga harus mengimbangi cara Jokowi blusukan dalam memimpin
Jakarta. Salah satunya, ia selalu berusaha hadir lebih dulu sebelum
Jokowi tiba di tempat yang bermasalah. “Saya juga sampai di rumah selalu
jam setengah 2 pagi, keluar dari rumah setengah 6 dan setengah 7 sudah
ada di kantor. Bisa di cek,” kata dia.
Selain harus sering terjun ke lapangan, Kukuh yang baru empat bulan
menjabat Kepala Satpol PP juga punya pekerjaan rumah yang besar besar
untuk membenahi image satuannya yang terlanjur dicap negatif oleh masyarakat.
“Tadinya
Satpol PP itu sudah di titik nadir, sudah tidak bersemangat. Gara-gara
masalah di Tanjung Priok itu mereka betul-betul drop," jelasnya. Untuk
membangkitkan semangat pasukannya, Kukuh pun mengaku berinisiatif
memberi contoh langsung dengan selalu turun di garda depan saat
melakukan penertiban. "Saya juga tak membatasi diri bergaul dengan
pasukan," kata bekas Kepala Biro Umum Pemprov DKI ini.
Pengamat
perkotaan Yayat Supriyatna menilai gaya kepemimpinan dan komunikasi
Jokowi dan juga Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang
lebih terbuka sangat menguntungkan bagi Satpol PP. Adanya dukungan yang
kuat dari Jokowi dan Ahok juga memberikan dampak yang besar. Satpol PP
sebagai ujung tombak penegakan peraturan daerah akan mengikuti instruksi
dari atasan.
Dia mencontohkan, penggusuran PKL diikuti dengan
solusi berupa relokasi. Pihak-pihak yang menghalangi penegakan peraturan
daerah seperti preman-preman di Tanah Abang juga diamankan oleh
pimpinan dengan menggerakkan kepolisian. Saat yang bersamaan, pimpinan
juga secara komunikatif dan tegas mendekati dan menyadarkan para PKL.
“Jadi di belakang Satpol PP ada Wagub yang keras dan gubernur yang mau
komunikasi,” Yayay menjelaskan.
Wakil Ketua DPRD DKI,
Triwiksaksana, pun memberikan penilaian senada. Peralihan Satpol PP pada
era Jokowi-Ahok yang kini lebih komunikatif dan tak lagi menggunakan
cara kekerasan untuk penertiban adalah sebuah perubahan yang besar.
“Pastinya ini ada pengaruh dari kepemimpinan Pak Jokowi. Monitoring yang
melekat, turun ke lapangan dan ketegasan dalam eksekusi,” kata dia
kepada detikcom, kemarin.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar