Sederhana serta tampil apa adanya adalah kesan yang muncul dari orang
nomor satu di DKI Jakarta, Joko Widodo. Karakter itu juga yang membawa
sang Gubernur kepada cerita-cerita menggelitik selama dirinya jadi
pemimpin, baik di Surakarta maupun Jakarta.
Berikut sejumlah kisah lucu serta menggelitik soal keseharian Jokowi dalam pemerintahan yang berhasil dihimpun Kompas
Dikira ajudan
Awal
mula terjun ke dunia politik, yakni menjadi Wali Kota Surakarta, Jokowi
wajib dikawal oleh ajudan. Namun, Jokowi kerap kalah pamor dari
ajudannya yang berwajah ganteng serta badan tinggi tegap. Tamu yang
belum mengenal Jokowi kala itu malah kerap menyalami ajudannya.
"Dikira
yang wali kota itu ajudan saya, dia yang disalami. Awal-awal saya
tahan, tapi tiga bulan, saya langsung minta ganti ajudan saja," ujarnya.
Ogah dikira ajudan untuk kesekian kalinya oleh para tamu,
Jokowi pun menyeleksi ajudan hanya berdasar pada tingkat kecerdasannya,
bukan dari fisik. Alhasil, dari delapan ajudan yang menjadi nominasi, ia
memilih Pradista atau yang akrab disapa Dista untuk menjadi ajudan.
"Dia
doang yang paling pintar, maka saya pilih dia," ujar Jokowi sambil
menunjuk sang ajudan yang berperawakan kurus, berambut cepak, berkulit
hitam, dan memiliki senyum lebar itu.
Kecoh petugas Dishub
Suatu waktu pada awal menjabat menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi blusukan
ke Jakarta Barat. Dua pengawal bermotor dari Dinas Perhubungan pun
melakukan pengawalan kendaraan dinasnya. Namun, pengawalan tersebut
dianggap Jokowi terlalu berlebihan karena berjalan zigzag.
"Sudah bunyi nguing nguing, jalannya gini-gini (zigzag). Saya paling enggak suka itu dikawal dengan cara seperti itu. Ganggu orang," ujarnya.
Jokowi
pun memiliki ide menjahili sang pengawal, yakni dengan menyuruh
sopirnya untuk belok ke kiri. "Jadi, motornya lurus terus saya belok
kiri. Dia nengok spion, lah Gubernur saya mana," ujarnya.
Bronx atau "mbronx"?
Berasal
dari Jawa Tengah membuat aksen Jokowi pada beberapa kata tertentu
menjadi terdengar unik, termasuk saat wartawan mewawancarai Jokowi soal
Pemprov DKI memperbolehkan seni grafiti sebagai salah satu penghias di Ibu Kota.
"Kita lihat saja the 'Mbronx', bagus kan? Artinya kalau tertata, gambarnya bagus, itu jadi indah, bukan urek-urekan kayak sekarang," ujarnya santai.
Wartawan
menerka-nerka, apa maksud Jokowi dengan kata the "Mbronx". Setelah
ditelisik, rupanya Jokowi menambahkan huruf M pada kata sebuah kawasan
di New York, Amerika Serikat, yang terkenal dengan seni grafiti jalanannya, yakni Bronx. Tanpa membenarkan kosakatanya, Jokowi yang tak sadar ditertawakan wartawan terus saja nyerocos soal pendapatnya soal grafiti di DKI.
Disalami preman Tanah Abang
Rencana
penataan kawasan Pasar Tanah Abang menuai kekhawatiran dari orang dekat
Jokowi. Banyak yang mewanti-wanti kawasan itu sulit "ditaklukkan"
lantaran keberadaan preman yang menguasai lahan dan menarik uang
pedagang.
"Ada ini, ini, ini, ini, wah, banyak sekali, batin saya. Kalau cuma ini kan sedikit, tapi enggak, ada ini, ini, ini, buanyak. Dan itu di-back up sama ini, ini, ini, ini, saya hanya diam saja," ujar Jokowi.
Akibat situasi tersebut, rencana blusukan-nya
ke kawasan perdagangan grosir terbesar se-Asia Tenggara itu pun
beberapa kali gagal. Padahal, Jokowi mengaku kakinya "gatal" untuk blusukan ke kawasan tersebut serta menemui pedagang.
Untuk mengantisipasi keselamatannya, Polda Metro Jaya meminta Jokowi untuk sementara waktu tidak blusukan
ke sana dahulu hingga suasana pedagang dan preman bisa terkendali.
"Saya bilang, kalau begini terus, kapan saya ke sananya. Akhirnya, hari
itu saya paksakan. Masuk ke dalam, Bismillah, enggak ada apa-apa, malah nyalamin. PKL nyalamin saya, preman nyalamin saya. Saya tahu preman karena tatonya," ujarnya.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar