Masyarakat Peduli MRT membuktikan ucapan gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi), bahwa penolak
MRT layang hanya 3 orang adalah salah fatal. Mereka mengumpulkan tanda
tangan warga Fatmawati yang tidak menyetujui MRT layang.
Sejumlah
koordinator dari Masyarakat Peduli MRT ingin membuktikan bahwa penolakan
itu bukan kepentingan sekelompok pengusaha, tetapi seluruh warga yang
terancam mata pencariannya. Saat ini, mereka sudah mendapatkan sekitar
300 tanda tangan.
"Kami door to door di sepanjang Cipete
hingga Blok M untuk menolak pembangunan ini. Sampai saat ini saya
mengumpulkan sekitar 150 orang tanda tangan. Bu Waluyo (koordinator yang
lain) juga 150. Itu kami mulai dari April, sampai saat ini masih
jalan," kata salah seorang koordinator dari Masyarakat Peduli MRT,
Derryl Immanalie, di depan Pasar Blok A, Selasa (7/5/2013).
Menurut
Derryl, di antara warga yang mereka survei, ada sejumlah warga yang
menyatakan mendukung pembangunan MRT layang. Namun, Derryl menuduh,
warga yang mendukung adalah pihak yang selama ini menjadi kaki tangan
pihak Satpol PP dari kelurahan.
"Cuma 5-10 orang. Mereka yang
selama ini dekat dengan Satpol PP," ujar Derryl, yang merupakan pemilik
usaha Toko Komputer Retna di Jalan Fatmawati.
Sebelumnya, Jokowi
menyatakan bahwa yang menolak pembangunan MRT layang di kawasan Jakarta
Selatan hanya tiga orang. Jokowi mengetahui bahwa berdasarkan keluhan
warga Fatmawati yang diterimanya, poin yang menjadi keberatan
pembangunan, yakni MRT elevated, dapat membuat tempat warga
menjadi kumuh. Terlebih, proyek MRT itu dianggap mematikan usaha warga
karena tempat yang tertutup.
Sumber :
megapolitan.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar