Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo diimbau tidak menganggap penolakan warga sebagai angin lalu. Hal ini dikatakan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Triwisaksana terkait warga Lebak Bulus dan Fatmawati yang masih menolak pembangunan mass rapid transit (MRT) dengan konsep jalan layang.
Politisi PKS yang akrab disapa Sani ini mengatakan, sebagai pemimpin
Jakarta, Jokowi sempat berjanji untuk melibatkan warga dalam tim
pengkaji moda transportasi massal berbasis rel tersebut. Janji tersebut
dilontarkan Jokowi dalam public hearing, dan harus dipenuhi.
"Itu
janji dalam sebuah forum, di mana warga mencurahkan perasaan mereka.
Sebaiknya direspons, jangan dianggap angin lalu," kata Sani, kepada Kompas.com, Jumat (12/4/2013).
Seperti
diberitakan sebelumnya, pada awal pekan ini, mantan Wali Kota Sorakarta
itu mengungkapkan dirinya ingin fokus memantapkan pembahasan di level
elite untuk menentukan penentuan tender. Padahal di sisi lain, warga
terus menuntut agar MRT dibangun dengan konsep bawah tanah, dan mendesak ditunjukkan hasil analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) yang baru.
Menururt
Sani, tuntutan warga itu bisa dipenuhi secara paralel. Yang terpenting,
kata dia, komunikasi dengan masyarakat, khususnya pihak yang menolak
harus terus bergulir dan berlangsung baik. "Harus dikomunikasikan,
supaya warga enggak dikorbankan secara sosial dan kemanusiaan," ujarnya.
Pemprov
DKI Jakarta akan segera mengumumkan pemenang tender MRT. Rencananya,
pemenang tender proyek senilai Rp 15 triliun itu akan diumumkan bulan
ini. Saat ini, semua persiapan administrasi masih dalam proses,
termasuk administrasi bersama Kementerian Keuangan dan Japan
International Cooperation Agency (JICA).
Peserta lelang dalam
megaproyek MRT ini adalah PT Wijaya Karya (Wika) dan Jaya Konstruksi
yang menjadi bagian dari konsorsium pengerjaan paket bawah tanah dari
Jalan Sisingamangaraja hingga Bundaran Hotel Indonesia. Kedua perusahaan
akan membangun MRT bersama perusahaan asal Jepang, yakni Shimizu dan
Obayashi.
Pembagian kerja di antara empat perusahaan dalam satu
konsorsium tersebut adalah 70 persen dikerjakan oleh Shimizu dan
Obayashi, yang dibagi dua, masing-masing menanggung 35 persen. Sementara
PT Wika dan Jaya Konstruksi mendapat bagian pekerjaan masing-masing 15
persen. PT Wika juga mengikuti proses tender untuk pengerjaan MRT paket
layang (Lebak Bulus sampai Al Azhar) 101, 102, dan 103.
Namun,
dalam paket layang, Wika akan bekerja sama dengan perusahaan Jepang,
Tokyu. Selain konsorsium itu, peserta lelang lainnya ialah konsorsium
Hutama Karya (HK) bersama dengan perusahaan Jepang, Sumitomo Mitsui
Construction Company. Total tender pengerjaan MRT untuk tiga paket bawah
tanah adalah Rp 4 triliun hingga Rp 4,5 triliun.
Gubernur Joko
Widodo berulang kali menyampaikan optimismenya bahwa pembangunan MRT
bisa dimulai April 2013. Namun rencana itu terancam kembali molor karena
Pemprov DKI memerlukan surat rekomendasi dari Mendagri untuk pencairan
dana pinjaman.
Sumber :
megapolitan.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar