Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang digagas Jokowi mulai menuai kritik.
Kritik berkisar pada ketidaksiapan rumah sakit dan puskesmas menampung
tingginya jumlah pasien. Menanggapi kritik ini, apa kata Jokowi?
"Lah
kalau gitu nggak usah ada KJS, biar sakit semuanya di rumah. Hehehe...
Atau mau seperti itu? Ya kan? Ya memang program ini masyarakat sangat
antusias. Semua ke rumah sakit, ke puskesmas, akhirnya memang ya kalau
dibilang hampir 2 kali lipat kan kapasitas dari yang sebelumnya. Itu
memang konsekuensi dari sebuah program. Hanya sekarang ini kita ngejar,
sekarang ini temporer kok. Nanti kalau masyarakat yang sakit-sakit sudah
tertangani, pasti akan turun (jumlah pasien -red). Yakin, pasti akan
turun," papar Jokowi.
Jokowi meyakini lama kelamaan jumlah pasien
pengguna KJS akan mengalami penurunan seiring dengan peningkatan
kondisi kesehatan masyarakat. Untuk saat ini, KJS memang masih diminati
masyarakat karena sebelumnya belum pernah ada program serupa di Jakarta.
"Dulu
warga ditahan-tahan bertahun-tahun ndak ke rumah sakit karena ndak ada
biaya. Makanya keluar yang namanya KJS itu, semua mereka membeludak
masuk ke rumah sakit. Kalau ini sudah ditangani, kan mereka akan sangat
berkurang. Contoh, operasi katarak, tertangani, ya udah. Masa katarak
bolak-balik, hehe...," ujar alumni Fakultas Kehutanan UGM ini.
Untuk
mendukung program KJS, Jokowi kini sedang berusaha meningkatkan
pelayanan kesehatan dengan penambahan dokter dan infrastruktur rumah
sakit. Puskesmas pun akan diuji coba untuk dibuka 24 jam.
"Hanya
memang sistem rujukan yang perlu diperbaiki. Jangan sakit masuk angin
langsung dirujuk ke RS, sakit panu dirujuk, sakit korengan juga. Yang
cukup ditangani di puskesmas, ya di puskesmas. Tetapi memang masyarakat
kan pengennya kan juga masuk RS. Sehingga tidak pakai rujukan, ke
sananya malam hari. Ditanya RS, kok nggak pakai rujukan? Malam hari kan
puskesmas tutup. Nah, ini yang mau kita siapin sistem lagi," tutur
Jokowi.
Sumber :
news.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar