Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan (PPP), M Romahurmuziy
(Romy) membandingkan antara pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan
Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, Jokowi kurang terbuka bagi-bagi kursi bagi calon Parpol koalisi, dan Jokowi justru obral kursi untuk para relawan.
"Terlihat agresivitas yang
dilakukan pak Jokowi-JK masih lemah, jauh beda dengan pak SBY tahun
2004," kata Romy kepada wartawan di kantor DPP.PPP, Menteng, Jakarta
Pusat, Kamis (11/9/2014).
Romy melihat, Jokowi-JK kini justru
terlihat kerap memberikan ruang untuk para relawan dan kekuatan-kekuatan
non-parlemen lain yang sama sekali tidak bisa membantu program-program
pasangan terpilih di DPR.
"Mereka memberikan panggung pada
relawan, yang sesungguhnya di kenegaraan tidak ada ruangnya, karena
mereka tidak punya ruang di DPR, sehingga ini yang justru memperparah
orientasi politik parlimentariannya," ujarnya.
Romy menduga kubu
Jokowi-JK yang selalu mengklaim mendapat legitimasi rakyat sudah
merasa nyaman dan tidak memerlukan dukungan dari partai baru untuk
membuat kubu Jokowi - JK menjadi mayoritas di parlemen.
Meski
begitu Romy mengaku sempat disambangi salah satu petinggi partai
pendukung Jokowi - JK sebelum pemecatan Suryadharma Ali dan diajak untuk
mengalihkan dukungan dari Koalisi Merah Putih (KMP). Sang petinggi
partai pun menawarkan kursi di kabinet.
"Saya tanya, jatah untuk
partai kami berapa ? Belum jelas juga katanya, lho kok mau menawari
kita, partai kamu saja belum jelas," kata Romy.
Kejadian tersebut
menurutnya menunjukan bahwa kubu Jokowi - JK belum tersusun
pengorganisasian yang baik. Sampai saat ini menurutnya segala sesuatunya
sengaja dibuat menggantung. Hal itu termasuk usaha kubu Jokowi - JK
untuk menarik partai-partai yang selama ini bernaung di koalisi merah
putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar