Salah satu kampanye negatif terhadap kubu PDIP dalam mengusung Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK), menuju kursi istana, tempo hari, adalah “kebiasaan buruk” nya
penjualan aset. Khususnya penjualan BUMN, Indosat dan lainnya.
Meski sebenarnya bisa dimaklumi, BUMN dijual karena negara lagi
butuh duit, dan bayar utang negara, bayar gaji pemerintah, tapi
“penjualan aset” menjadi bahan “plintiran” lawan politik (terutama politisi bernama Fahri Hamzah dari PKS), dan senjata
tajam untuk menghantam kebijakan dan era suram PDIP dan kubunya.
Era
kepresidenan Megawati diidentikkan dengan era jual-jual BUMN dan aset
negara.
Melewati 10 tahun “puasa kekuasaan” dan kini kembali masuk istana
negara - nampaknya naluri lama “kumat” - kubu PDIP tak kapok dan jadi
lebih hati-hati. Kini, lewat pentolannya, Maruara Sirait (entah dalam keadaan sadar atau mabuk?), kembali
mengembangkan wacana jual aset negara, kali ini sasaran yang dibidik adalah Pesawat Kepresidenan. Pesawat
yang “cuma” seharga Rp. 800 miliar diminta dijual demi efisiensi. Padahal tanpa disadari di mana pemerintahan Jokowi nanti diprediksi pesawat inilah yang akan menjadi tulang punggung blusukan Jokowi.
Kalau cuma melihat duitnya, Rp. 800 miliar memang banyak - itu pun
kalau harga dilego laku segitu. Tapi dalam kontek ke Indonesiaan, Rp. 800
miliar itu “uang kecil”. Dari seorang Mohammad Nazarudin saja, ada
bertriliun-triliun proyek di kementrian yang digarap bersama Anas
Urbaningrum untuk pencapresannya tempo hari. Dikerjai oleh mereka berdua
untuk rencana pencapresan Anas Urbaningrum yang gagal - karena keburu
ditangkap KPK.
Tapi lebih dari itu, malunya itu!? Mosok pesawat kenegaraan dijual?!
Kenapa nggak istananya sekalian dijadikan hotel? Kok sebegitu putus
asanya mencari pemasukan negara? Kalau nggak ada program ekonomi yang
bikin pemasukan melimpah buat negara, ngapain kemarin nyapres? Kecuali yang ngomong sedang teler abis nenggak minuman oplosan cap topi miring. Benar-benar amat memalukan! Bak pemabuk buka dan menjual celana kolornya.
Politisi sering dihormati karena terobosan-terobosan dan
keberaniannya. Tapi mereka kadang mengundang kecaman, karena memang asal
mangap atau orang Jawa bilang asal njeplak! [Pos Kota]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar